"Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Â
QS Al Kahfi : 68
Setiap sesuatu ada ilmunya, begitu pula menjadi orangtua. Kebahagiaan yang tidak pernah mudah ini menuntut kita untuk terus berkembang, menambah pengetahuan. Karena hadirnya buah hati menjadi nikmat yang perlu disyukuri sekaligus tugas yang perlu dipertanggungjawabkan.
Seperti pertanyaan Nabi Khidr kepada Nabi Musa di surah Al Kahfi di atas, bagaimana kita dapat bersabar atas sesuatu yang kita belum mempunyai ilmu yang cukup tentang itu. Jika tidak memahami betul tentang bagaimana peran dan tugas kita sebagai orangtua, bagaimana kita bisa bersabar jika menemukan kesulitan serta kelelahan dalam menjalankannya.
Seringkali kita mendengar atau membaca berita tentang generasi yang kian melemah, baik dari sisi fisik maupun psikis. Penyakit degeneratif kini menjangkit manusia di usia sangat muda, usia anak-anak. Diabetes, gagal ginjal, adalah diantaranya yang melemahkan fisik penerus generasi. Belum lagi masalah psikis atau kesehatan mental yang rapuh atau lemah. Hingga ada yang menyebutnya generasi strawberry, yang nampak apik, namun mudah hancur hanya dengan sedikit tekanan.
Hal ini sudah diwanti-wanti oleh Allah melalui ayatNya,
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." QS.An Nisa : 9
Sudah menjadi himbauan, bahwa kita diminta takut untuk meninggalkan keturunan yang lemah. Untuk itu, kita diminta berjuang menyiapkan generasi yang kuat setelah kita. Bagaimana caranya, maka itulah yang perlu kita pelajari. Bagaimana menjadi orangtua yang berkualitas, berketahanan dan bertanggungjawab sehingga mampu melahirkan generasi yang kuat.
Samsul Husen, Peduli Kebutuhan Belajar Menjadi Orangtua
Salah satu pemuda negeri ini yang menyadari kebutuhan akan bekal ilmu yang cukup bagi para orangtua agar mampu menjalankan tugas dan perannya dengan penuh tanggungjawab, adalah Samsul Husen. Sosok inspiratif di balik berdirinya Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI) di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Melalui sekolah yang ia gagas ini, Samsul telah memberikan kontribusi besar dalam mendidik calon orang tua dan orang tua muda agar mereka siap menjalani peran besar dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Samsul percaya bahwa menjadi ayah dan ibu bukanlah peran yang datang secara alami atau hanya dengan insting; sebaliknya, peran ini membutuhkan bekal pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari serta dipraktikkan.
Harapannya dengan diselenggarakannya Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu semoga bisa menginput pengetahuan tentang bagaimana seharusnya jadi orangtua yang baik.
Kurikulum Sekolah Calon Ayah danSekolah Calon Ibu
Sistem belajar di SCA dan SCI ini seperti mentoring, di mana dari sekitar 100 peserta dibuat kelompok kecil dan kemudian diberikan fasilitator untuk mendampingi progress belajar.
Dalam membekali ilmu dan pengetahuan sebagai orangtua, SCA dn SCI ini memiliki beberapa kurikulum utama yang menjadi penekanan bahasan yang akan dipelajari, yaitu:
1. Seksologi
Berdasar hasl riset yang dilakukan , salah satu permasalahan dalam keluarga yang memegang peranan penting adalah permasalahan ranjang, maka perlu perbaikan antar pasangan sebelum menjadikan mereka menjadi pasangan yang harmoni dan bisa menjadi orangtua yang kompak.
Calon ayah dan ibu diberi pembahasan tentang seksologi yang merupakan pengalaman pertama kali. Kebanyakan pasangan yang akan menikah juga tidak pernah membahas hal seperti ini karena dianggap tabu dan malu untuk mengungkap satu sama lain. Padahal ini merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan orangtua.
Di SCA dan SCI, topik ini dibahas secara terbuka namun tetap dalam kerangka agama dan fiqih. Hal ini memberikan pemahaman yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam hubungan suami istri, serta cara mengatasi masalah yang mungkin timbul.
2. Parenting
Parenting menjadi topik selanjutnya yang dibahas, tentu saja. Dimulai dari awal merawat newborn seperti cara memandikan anak, memasak makanan untuk anak, mempelajari gizi dan nutrisi yang diperlukan oleh anak serta pendidikannya.
Seperti yang kita tahu bahwa gizi anak sangat berperan penting terhadap tumbuh kembangnya terutama pada 1000 kehidupan pertamanya. Memahami ilmu ini akan memudahkan orangtua menyiapkan generasi yang siap menangung beban.
3. Manajemen Keuangan Keluarga
Sebagai persiapan mendirikan keluarga yang kokoh, maka manajemen keuangan keluarga adalah hal penting lain yang perlu dipelajari. Mengingat masalah keuangan ini sangat sensitive, diharapkan pasangan bersikap terbuka satu sama lain dan membahasnya bersama. Â
Pendidikan mengenai keuangan keluarga merupakan aspek penting yang diajarkan di SCA dan SCI. Peserta belajar tentang pengelolaan keuangan, termasuk nafkah, alokasi dana untuk istri, orang tua, dan tabungan. Mereka juga diajarkan tentang investasi dan perencanaan keuangan jangka panjang, memberikan mereka keterampilan untuk mengelola keuangan keluarga dengan lebih baik.
4. kegiatan outdoor
Sistem sekolah CSI dan CSA ini berlangsung hingga dua bulan setiap akhir pekan. Jadi totalnya 8 kali pertemuan. Di akhir biasanya di tutup pergi ke alam dengan cara berkemah. Menginap dua hari satu malam. Pada malamnya ada sesi untuk mengenal diri sendiri, berdamai dengan diri, dan menceritakan keluh kesah pada Allah SWT. Sesi ini dimulai setelah magrib hingga menjelang subuh.
Dalam dua pertemuan terakhir, peserta terlibat dalam kegiatan di alam terbuka sebagai bagian dari program. Mereka diajak untuk berkemah dan menghabiskan dua hari satu malam di alam, yang bertujuan untuk melatih keberanian, mengenal diri sendiri, dan membangun kekuatan mental. Kegiatan ini dilakukan dengan dasar agama, memberi peserta kesempatan untuk merenung dan memperkuat hubungan spiritual para peserta dengan Tuhannya.
Tantangan dalam Penyelenggaraan SCA dan SCI
Tantangan utama dalam pelaksanaan SCA dan SCI adalah menumbuhkan kesadaran pada semua orang dewasa yang akan menikah dan membangun keluarga, bahwa ilmu menjadi orangtua itu perlu dipelajari. Kita perlu membekali diri dengan ilmu sebelum melakukan tugas dan tanggungjawab kita sebagai orangtua.
Terutama pada SCA, yang pesertanya calon Ayah, karena anggapan bahwa tugas laki-laki hanya fokus mencari nafkah masih mendominasi, sehingga menganggap laki-laki yang turun dalam ranah pengasuhan tidak terlalu dibutuhkan. Padahal anggapan ini jelas keliru. Karenanya Indonesia pun masuk dalam kategori fatherless country.
Â
Respon Peserta dan Dampak Signifikan SCI dan SCA
Sejak awal didirikannya pada tahun 2014, Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu telah berhasil membimbing ratusan orang, baik calon ayah, calon ibu, maupun mereka yang sudah menjadi orang tua. Program ini menyediakan pendidikan berkelanjutan bagi para orang tua yang ingin belajar lebih banyak tentang peran mereka, bahkan setelah mereka menikah dan memiliki anak.
Dengan pendekatan yang menyeluruh dan pembelajaran yang mendalam, SCA dan SCI telah menjadi pendamping jangka panjang bagi para lulusannya. "Menjadi orang tua adalah peran seumur hidup," kata Samsul, yang dengan penuh semangat membimbing para peserta di sekolahnya.
Â
Apresiasi Astra Melalui SATU Indonesia Awards atas Dedikasi SCA dan SCI
Atas dedikasinya dalam memberikan pendidikan dan pendampingan bagi calon orang tua, Samsul Husen sebagai pendiri Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi pada tahun 2022. SATU Indonesia Awards sendiri adalah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada individu atau lembaga yang memiliki kontribusi besar dalam bidang sosial dan kemasyarakatan. Penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa kontribusi SCA dan SCI dalam mendidik orang tua sangat berarti bagi masyarakat, khususnya di Sleman, Yogyakarta.
SCA dan SCI di Sleman menjadi contoh yang baik untuk pendidikan parenting di Indonesia. Program-program seperti ini memberikan harapan bahwa orang tua di masa depan bisa lebih siap dan paham dalam mengasuh serta mendidik anak-anak mereka. Program ini juga membuktikan bahwa pendidikan parenting bisa dimulai sejak sebelum seseorang resmi menjadi orang tua. Dengan pendidikan yang tepat, diharapkan anak-anak bisa tumbuh di lingkungan yang penuh kasih sayang, sehat, dan kondusif untuk perkembangan mereka.
Mengasuh anak bukanlah hal yang bisa dilakukan secara instan atau hanya dengan naluri. Memerlukan kesiapan, ilmu, dan tentunya komitmen seumur hidup. Di Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu, para peserta disiapkan untuk memahami bahwa menjadi orang tua adalah tugas besar yang penuh tantangan, tetapi juga penuh cinta.
#LFAAPADETIK2024Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H