Mohon tunggu...
Mya Wuryandari
Mya Wuryandari Mohon Tunggu... Freelancer - momblogger

ibu yang senang belajar, suka menulis, tertarik pada dunia pendidikan dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menyiapkan Generasi yang Kuat

15 Oktober 2023   02:42 Diperbarui: 15 Oktober 2023   07:22 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Menjadi orangtua memang tidak mudah, terlebih kondisi saat ini yang semakin membuat orangtua ketar ketir. Berbagai bentuk kekerasan terjadi membuat khawatir bagaimana anak kita nanti. Jiwa-jiwa yang lemah mengikuti nafsu dan amarah sehingga mudah menyakiti, bahkan menghilangkan nyawa. Belum lagi kejadian bunuh diri yang sepertinya terdengar semakin marak. Ada apa dengan generasi saat ini, bagaimana ruh zaman atau atmosfir kehidupan ini mempengaruhi pola berpikir mereka?

Mari kita ingat kembali peringatan Allah kepada hambaNya;

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. An Nisaa' : 9)

Generasi yang Lemah

Ayat di atas, adalah bentuk kasih sayang Allah untuk kita, agar kita waspada. Agar kita mampu mencegah lahirnya anak-anak yang lemah, yang akan membuat kita khawatir akan kesejahteraannya, lahir maupun batin. 

Beragam kondisi sekarang, sudah sangat cukup menggambarkan bagaimana kondisi ketika anak-anak itu lemah. Lemah jiwanya sehingga tak mampu menahan amarah. Seperti yang Rasulullah sampaikan dalam sebuah hadits, 

"Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."
(Hadits dari Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq 'alaih)

Sayangnya, kerap kita temukan saat ini anak dan pemuda yang tidak mampu mengontrol emosinya ini. Amat mudah melampiaskan amarah. Lemah dalam mengendalikan kuasa setan yang terus membisikkan keburukan. Sehingga akhirnya kita dengar kasus-kasus kekerasan yang begitu menyayat hati hingga menghilangkan nyawa. 

Juga semakin banyaknya kasus bunuh diri menunjukkan betapa lemahnya jiwa-jiwa meyakini adanya kekuatan Maha Dahsyat yang mampu memberi pertolongan dan perlindungan luar biasa hingga hilang kekhawatiran dan was-was yang selalu menggelayuti pemikiran.

Kita harus segera menguatkan generasi, mencegahnya menjadi generasi yang lemah

Solusi Wahyu 

Berdasar ayat di atas, maka ada 2 hal yang diminta untuk kita lakukan guna mencegah lahirnya generasi yang lemah, yakni bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar. 

Bertakwa Kepada Allah

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, arti dasar dari "takwa" adalah menaati Allah SWT dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Maka cara agar membangun generasi yang kuat dimulai dengan bagaimana mngenalkan Allah kepada anak-anak kita, agar mencintaiNya.  Sehingga kemudian dengan kecintaan kepada Allah, mampu menggerakkanmereka untuk melaksanakan segala perintah yang Allah tetapkan, serta menghindari larangan yang Allah terapkan kepada hambaNya.

Mengucapkan Perkataan yang Benar

Menjadi catatan penting bagi orangtua, dalam hal ini, untuk senantiasa mengucapkan perkataan yang benar. Hal ini tidak sesederhana bagaimana ia tertulis. Perkataan yang benar, mencakup beragam kondisi dan situasi. Akan ada banyak moment kita bisa menguatkan anak dengan perkataan kita yang benar, karena ia akan menguatkan jiwa. Sedang pendahulu  kita terkadang bermudah-mudah mengarang hal yang tidak benar dan menyampaikannya secara turun temurun.

Ustadz Fauzil Adhim dalam bukunya, jangan salahkan kodok misalnya. Mengingatkan agar kita tidak menyalahkan hal lain dalam apa yang terjadi pada anak kita. Kebiasaan mayarakat yang menyalahkan kodok saat ada anak yang jatuh, dampaknya bisa jadi berkepanjangan. Anak belajar bahwasanya ketika mereka jatuh, itu karena kodok, bukan karena mereka yang tidak berhati-hati dalam melangkah. Anak-anak ini nantinya tumbuh dengan pola pikir 'blaming others' (menyalahkan orang lain), sehingga selalu menuntut orang lain atas setiap kerugian atau ketidaknyamanan yang dialaminya. Kelemahan mental seperti ini, akibat orangtua tidak mengatakan kebenaran, alih alih menyalahkan kodok, kita bisa menguatkan dengan memintanya berhati-hati di lain waktu.

Pun dengan berkisah. Banyak kisah dalam AL Qur'an, ataupun kisah orang-orang hebat yang mampu menguatkan jiwa, kisah adalah perkataan yang benar, selama kisah tersebut adalah kisah yang benar. Namun, sebagian orang  justru memberikan suguhan dongeng, film fiksi yang mengahdirkan tokoh-tokoh imajinatif yang tidak benar. 

Dua hal tersebut patut menjadi panduan kita untuk berupaya menjadikan generasi penerus yang kuat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita. Wallahua'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun