Penghapusan Ujian Nasional (UN) di Indonesia pada tahun 2019 telah menjadi topik perdebatan yang hangat di tengah masyarakat. Kebijakan ini, yang merupakan bagian dari program "Merdeka Belajar" yang digagas oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih holistik bagi siswa. Dengan menghilangkan tekanan ujian besar yang menentukan kelulusan, pemerintah berharap siswa dapat lebih fokus pada proses pembelajaran yang mendalam dan berorientasi pada pengembangan karakter. Namun, apakah langkah ini benar-benar menjamin kualitas pendidikan yang lebih baik? Pertanyaan inilah yang terus menjadi bahan diskusi di kalangan pendidik, orang tua, dan pemerhati pendidikan.
Latar Belakang Penghapusan UN
Sejak diperkenalkan pada tahun 2003, Ujian Nasional telah menjadi tolok ukur utama dalam menilai hasil belajar siswa di Indonesia. UN tidak hanya menjadi penentu kelulusan, tetapi juga digunakan sebagai alat untuk memetakan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Namun, di balik fungsinya, UN sering kali menjadi sumber tekanan besar bagi siswa. Sistem ini dianggap terlalu berfokus pada kemampuan hafalan dan kurang memberikan ruang bagi pengembangan kompetensi kognitif serta karakter siswa.
Melalui kebijakan penghapusan UN, pemerintah ingin mengalihkan fokus dari evaluasi berbasis ujian akhir ke penilaian yang lebih menyeluruh. Dalam sistem baru, evaluasi akan lebih mengedepankan proses pembelajaran dan mencakup berbagai aspek, seperti tugas harian, partisipasi kelas, dan pengembangan karakter. Hal ini sejalan dengan semangat "Merdeka Belajar" yang mendorong terciptanya pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21.
Dampak Positif Penghapusan UN
1. Mengurangi Tekanan Psikologis Â
Salah satu manfaat utama dari penghapusan UN adalah pengurangan tekanan psikologis yang dialami siswa. Tanpa ujian besar yang menentukan nasib mereka, siswa dapat belajar dengan lebih santai dan fokus pada pemahaman materi. Hal ini juga membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang sering dirasakan siswa dan orang tua menjelang pelaksanaan UN.
2. Evaluasi Holistik Â
Dengan dihapuskannya UN, guru memiliki peluang untuk mengevaluasi siswa secara lebih komprehensif. Penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil ujian, tetapi juga mencakup berbagai aspek, seperti kreativitas, kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan pengembangan karakter. Pendekatan ini dianggap lebih adil karena memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan siswa.
3. Mendorong Metode Pembelajaran Inovatif Â
Sekolah dapat lebih bebas menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan siswa. Misalnya, pembelajaran berbasis proyek, eksplorasi kreatif, dan integrasi teknologi dalam pendidikan. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.
 Dampak Negatif Penghapusan UN
1. Penurunan Standar Pendidikan
Salah satu kekhawatiran terbesar dari penghapusan UN adalah potensi penurunan standar pendidikan. Tanpa adanya tolok ukur yang seragam, sulit untuk membandingkan kualitas pendidikan antar daerah. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
2. Kehilangan Motivasi Belajar Â
Bagi sebagian siswa, UN berfungsi sebagai pendorong untuk belajar lebih giat. Tanpa adanya ujian sebagai target, ada risiko siswa kehilangan motivasi untuk berprestasi. Hal ini terutama berlaku bagi siswa yang membutuhkan tujuan konkret untuk mendorong mereka belajar lebih serius.