Kondisi demikian tentu menuntut guru SLB memiliki semangat tinggi dan optimisme bahwa pendidikan yang berbekal ketulusan hati dan ketekunan dalam menjalankannya akan membuahkan hasil nyata. Tidak jarang para guruSLB rela menyediakan keragaman media belajar menyesuaikan gaya belajar siswa. Luar biasa. Pantaslah jika akhirnya siswa SLB sangat kerasan berada di sekolah. Enggan libur. Mereka merasa mendapatkan lingkungan yang menyayangi dan menerima kekurangan yang dideritanya serta membantu menemukan dan memaksimalkan potensi diri melalui pendidikan yang akan berguna di masa depan.
Â
 Negara Berutang Budi Atas Jasa Guru SLB
Awalnya saya tidak paham, mengapa ditempatkan untuk menjadi Fasilitator bagi Sekolah Penggerak tingkat SLB? Namun, akhirnya, saya bersyukur bisa berada di tengah-tengah para Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan Guru SLB pada kegiatan PKP PSP angkatan 3. Rupaya Allah punya skenario indah. Pengalaman berharga ini bisa saya sharing-kan kepada banyak orang, salah satunya melalui media tulisan. Hal ini juga bisa membantu saya dan rekan-rekan dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, tempat saya mengajar, untuk menunaikan tugas melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan memberikan kontribusi pada permasalahan yang ada di SLB.
Salah satu permasalahan yang terjadi di SLB adalah kekurangan tenaga pengajar yang dapat tersolusi dengan kemitraan SLB dan Peguruan Tinggi dalam program Kampus Mengajar. Â Selain itu, tidak semua SLB memiliki dana yang cukup untuk melakukan asesmen awal dengan mendatangkan tim ahli antara lain psikolog. Tentu kerjasama dengan dunia perguruan tinggi khususnya yang memiliki jurusan Psikologi akan membantu memberikan solusi. Ingat, salah satu semangat Kurikulum Merdeka adalah melakukan kegiatan kolaborasi dengan menjalin kemitraan. Anda mau ambil bagian?
"Terima kasih saya ucapkan pada dedikasi yang diberikan oleh Bapak/Ibu Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru SLB. Sungguh negara berutang atas jasa yang telah Bapak/Ibu berikan", ucap saya di sesi hari ke-5 saat bertugas sebagai Fasilitator Sekolah Penggerak di Kegiatan PKP PSP Angkatan 3 dari BBGP Jabar.
Ya, negara berutang atas jasa-jasa dan pengabdian  yang diberikan. Mereka bekerja dobel, karena harus memberikan layanan multi jenjang dalam satu satuan pendidikan. Bayangkan, di dalam satu SLB itu bisa terdapat siswa PAUD sampai SMA, sehingga para guru harus paham kurikulum yang berlaku di tingkat pendidikan tersebut, untuk memberikan layanan yang tepat sesuai dengan karakter dan perkembangan siswa yang sejalan dengan Kurikulum Merdeka.
Saya merasa terharu dan bangga melihat wajah-wajah Bapak/Ibu Guru yang di setiap siang, usai melaksanakan kegiatan pembelajaran, lanjut bergabung mengikuti kegiatan PKP. Wajah yang selalu memancarkan ketulusan dan semangat pantang menyerah, demi sebuah tujuan : Menjadi Sekolah Penggerak yang akan mengimbaskan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada sekolah lainnya.
Terima kasih saya ucapkan bagi  Bapak/Ibu Pengawas, Kepala Sekolah, guru yang telah mendedikasikan dirinya secara penuh pada dunia pendidikan khusus, bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB), menangani anak-anak spesial. Anak-anak yang belum sepenuhnya mendapat penerimaan masyarakat, bahkan sering menjadi korban bully-an.
Terima kasih khususnya saya berikan pada Bapak/Ibu Pengawas, Kepala Sekolah, guru di : SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung, SLB Negeri 1 Kota Bogor, SLB Negeri Surade Kabupaten Sukabumi dan SLB Rafaha Arjasari Kabupaten Bandung, yang merupakan sekolah dampingan saya di PSP Angkatan-3. Para Bapak/Ibu tersebutlah yang menjadi inspirasi tulisan saya ini. Semoga Allah Swt. memberkahi langkah kita.