"Tidak. Dia menyukaimu. Aku melihatnya, kalian berciuman saat di atas kapal."
"Kau salah sangka, Bell. Kita kita berciuman, itu tragedi yang aku sesali. Sungguh kami tidak berciuman. Apa kau sungguh akan pulang?"
Bell mengangguk.
"Bell, kumohon, tetaplah di sini. Aku punya firasat tidak baik jika kau pulang."
"Maaf, Ross. Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
Tangan dingin Bell melepas genggaman tangan Rossie. Tidak ada pelukan, Bell terus berjalan tanpa menoleh. Batinnya tergores perih meninggalkan Rossie, tapi langkahnya terus berjalan maju meninggalkan sang saudari.Â
Leon tiba setelah kapal yang ditumpangi Bell jauh mengarungi lautan. Lelaki itu terengah-engah, keringat bercucuran di wajahnya.
"Maafkan aku, Leon." Sesal Rossie. "Tiada guna aku bersedih menatap ombak yang berulang kali menghepas dermaga, hati Bell kokoh, tidak mudah membuatnya goyah."
"Karena kau tidak dapat menahannya, sekarang giliranku untuk menjaganya."
"Kapal selanjutnya tiga hari lagi."
"Kau tidak perlu khawatir. Aku adalah anak dari sang penguasa."