"Apa taman memang seindah ini?"
Bell menoleh memastikan orang yang berbicara adalah seseorang yang dia kenali. Benar itu adalah suara Leon.
"Apa kau tidak sibuk?" tanya Leon.Â
"Maaf Tuan, saya itu di sini bekerja, " Bell sengaja berbicara dibuat-buat untuk meledek Leon. Lelaki itu hanya tertawa. Tentu saja Bell tengah mengerjakan banyak pekerjaan karena dia memang dibayar untuk itu.
"Apa kau mau pergi ke festival akhir pekan besok?" Sebuah kalimat yang berujung ajakan itu dengan mudah di tolak oleh Bell.Â
"Aku tidak lagi mempunyai jatah libur. Semua jatah liburku sudah kuganakan kemarin."
"Sayang sekali. Tapi bukankah malam hari kau tidak sibuk. Kita pergi saat matahari mulai terbenam." Leon tidak mudah menyerah tapi Bell juga tidak mudah digoyahkan.Â
Akhir pekan yang dibicarakan itu tiba. Bell tidak dapat pergi, dan Leon tetap pergi berjalan-jalan menyusuri ibu kota kerajaan yang ramai tak terkira. Tujuannya hanya satu tempat yaitu Galeri. Tempat itu tidak akan penuh sesak atau bahkan bisa sesepi biasanya.
"Apa kau tidak ada kehidupan lain selain mengangguku?" Rossie protes akan kehadiran Leon di galeri malam itu.
Leon hanya diam dan sesekali mengehela napas kasar.