"Selamat pagi Nona Bell. Hari ini Anda harus bangun lebih awal. Tuan Besar akan marah jika Anda tidak datang pada jamuan makan malam di rumah Gubernur," ucap Martha. Pernah jadi pengasuh Bell dan Rossie tapi sekarang jadi kepala pelayan.
Bell mengerjapkan matanya. Dia yakin matahari belum ingin atau bahkan masih bersembunyi. "Apa Rossie sudah kau bangunkan?" ucapnya setelah menguap.
"Tentu saja Nona Rossie sudah bersiap," jelas Martha. "Beliau sangat bersemangat kali ini."
"Dia tidak tahu saja kalau mau dijual Ayah pada Tuan Gubernur,"bisiknya kesal.
Martha menyiapkan sebuah gaun terbaik dengan warna emas di beberapa motif kainnya. Cantik, senada dengan warna rambut Bell yang keemasan. Sebuah kereta kuda telah terparkir di depan mansion. Meskipun hanya keluarga Baron, tapi Ayah Bell dan Rossie salah satu bangsawan terkaya di pulau selain Tuan Gubernur.Â
"Aku tidak tahu harus bagaimana menyapa Gubernur. Apakah Tuan Gubernur atau Tuan Count?" ucap Rossie setelah kereta kuda mereka melaju.
"Tidak perlu kau pikirkan. Lebih baik kita menyimpan suara kita dari pada harus beramah-tamah dengan keluarga itu." Bell menatap jendela. Pepohonan seolah berlarian mengejarnya.Â
"Aku juga tidak punya niat untuk datang ke tempat itu," ucap Rossie tiba-tiba. Suaranya melemah.Â
"Apa karena Max akan pergi hari ini?"
"Namanya Leon. Maxi hanya nama samaran."