Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unavailable Love | Bagian 2

5 Mei 2024   19:36 Diperbarui: 5 Mei 2024   19:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada hari libur dalam kalender keseharian Maya. Setelah pulang kerja dia harus ke warung milik ibunya,  sejak Maya lulus SMA, Ibu mulai berjualan mi ayam. Jualan yang tadinya hanya menurut pesanan kini sudah menetap dan punya kios sendiri. Maya tidak seberuntung Wulan yang dapat melanjutkan kuliah sampai S2 ke luar negeri. Maklum saja, orang tuanya pebisnis. 

"Lho, bukannya kamu pergi ke rumah Wulan?" ucap Ibu heran.

"Kenapa aku harus datang, Bu? Aku hanya akan malu bertemu teman SMA ku dan Kak Bintang." Maya santai saja mengelap setiap jengkal meja di hadapannya. 

"Kamu pasti capek. Istirahat saja dulu. Hari ini nggak terlalu ramai jadi Ibu bisa sendirian, kamu pulang saja."

"Aku lebih suka di sini, Bu. Di rumah malah bosan."

Ibu mendekat dan duduk di samping Maya. "Sebenarnya kamu ada apa sama Bintang,  kenapa sekarang kamu seperti menjaga jarak dengan keluarga itu?"

Maya menatap sayu ibunya. "Bu, semakin kita dewasa,  bukankah pandangan kita terhadap pasangan itu semakin simpel? Nggak cuma sekadar kita saling jatuh cinta, atau karena dia tampan."

Ibu mengusap kepala Maya. "Maafin Ibu, ya?"

"Kenapa Ibu meminta maaf?" Maya memegang tangan Ibu dengan kedua tangannya. "Aku nggak apa-apa, sungguh. Aku hanya ingin kehidupan kita jadi lebih baik, jadi ibu, aku mohon jangan terlalu memusingkan siapa kelak yang akan jadi pasanganku. Aku cuma minta doa terbaik Ibu. Sedangkan sekarang aku benar-benar udah nyerah untuk Kak Bintang.  Aku mau fokus bekerja dan bahagiakan Ibu."

"Baiklah jika itu yang kamu mau, May."

Tidak lama setelahnya, sebuah pesan singkat datang. Maya membacanya dengan serius. Hatinya bimbang. Wulan sungguh baik hati, tapi Maya tidak tahu harus bagaimana mengatur mimik wajahnya jika bertemu Bintang di tempat itu. Maya baru saja bertemu dengan Bintang beberapa jam lalu. Dia lelaki yang tidak pernah tidak terlihat tampan di mata Maya. Tapi kejadian di tempat kerja membuat Maya tidak punya muka di hadapan Bintang. Bintang adalah manager baru di tempat Maya bekerja. Maya menumpahkan secangkir kopi ke kemeja sang manager di hari pertamanya bekerja. 

"Apa aku pura-pura tidak ingat saja apa yang terjadi hari ini?" gumam Maya.  Berkali-kali dia menghela napas. "Aku tidak tahu harus berkata apa, seperti maaf saja tidak cukup. Aku sungguh malu sekali," gumamnya lagi, kali ini dia punya lawan bicara yaitu seekor kucing miliknya. Mikki. 

Maya akhirnya pergi ke pesta ulang tahun Wulan. Apa yang dia khawatirkan sungguh berlebihan,  sepanjang acara tidak ada yang begitu peduli dengan kehadiran Maya kecuali Wulan. Bahkan Bintan tidak sekalipun melihat ke arah Maya.

"Terima kasih karena kamu mau hadir," ucap Wulan.

"Maaf jika beberapa kali aku tidak dapat datang.  Aku juga berterima kasih karena kamu sudah mengundangku." Maya memeluk Wulan. "Selamat ulang tahun," bisiknya.

"Apa kamu akan pulang sekarang?" Wulan memasang wajah sedih.

Maya mengangguk. "Aku tidak bisa pulang terlalu larut."

"Izinkan Kak Bintang nganterin kamu, ya?"

Maya menoleh ke arah orang yang di maksud. Dia tengah berbincang dengan ayahnya. "Tidak terima kasih. Pasti beliau juga lelah, akan sangat merepotkan jika harus mengantarku."

"Kemana perginya Maya yang aku kenal? Bukankah seharusnya kamu kegirangan?" Goda Wulan.

Maya tersenyum tipis. "Aku mungkin sudah bukan lagi Maya yang dulu," ucap Maya datar. Wulan tertegun. Benar dia bukan lagi Maya yang dulu, sekarang Maya lebih tenang dan dewasa. 

Hari terus berganti. Kehidupan Maya sebagai karyawati sebuah toko retail berjalan seperti biasa hingga tamu bulanannya mendadak menghancurkan suasana hatinya. 

"Kamu kenapa, May?" tanya salah seorang rekan  kerjanya.  Melihat Maya yang pucat pasi dia khawatir. 

Maya melambaikan tangan. "Gue nggak apa-apa, kok!" ucapnya sambil lalu. Seperti biasa saat dia mengalami datang bulan, Maya akan menghilang dari pekerjaan dan bersembunyi di dalam gudang beberapa waktu setelah meminum obat pereda nyeri. Dia akan tertidur pulas beberapa saat. 

"Hei, apa kau baik-baik saja?" ucap seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam gudang untuk melihat beberapa stok barang yang ada. Dia melihat Maya yang tergeletak begitu saja di ujung lorong di antara tumpukan kardus. Wajahnya pucat. "Apa kau masih hidup?" Dengan ragu-ragu dia menarik tangan Maya,  memeriksa nadinya. Tentu saja masih hidup, hanya saja tangannya begitu dingin. "Apa kau baik-baik saja? Bangunlah!"

Gadis itu sama sekali tidak merespon. 

Bersambung.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun