"Sepertinya Ibu akan melahirkan. Jadi aku harus segera pulang."
"Mau aku antar?" Lelaki itu menawarkan.
"Terima kasih. Tapi aku sudah pesan ojek."
"Berapa lama dia akan datang?"
Ayu melihat ponselnya. Layar di ponselnya menunjukkan kalau ojek pesanannya belum menjemputnya.
"Batalkan saja, biar aku yang antar kamu."
Menunggu sang ibu yang tengah berjuang di meja operasi untuk melahirkan bukanlah hal yang pernah di bayangkan sebelumnya oleh Ayu. Apa lagi setelah dia selesai kuliah dan bekerja membayangkan ibunya menikah lagi saja dia sudah tidak mau. Tapi saat ini dia sedang menunggu ibunya yang akan melahirkan. Menegangkan.Â
Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit setelah bermenit-menit berlalu akhirnya suara tangis bayi keluar dari dalam ruangan yang kini pintunya terus di tatap oleh Ayu. Bayinya sudah lahir.
Teringat kembali bagaimana sehari sebelumnya Ibu bertanya pada Ayu, jika adiknya lahir maka dia yang akan memberikan nama pada anak itu. Meski Ayu menolak tapi setengah memaksa Ibu meminta Ayu memberikan nama pada adiknya. Sekarang Ayu hanya menangis. Dia tidak tahu tangis itu bahagia atau bersedih. Mempunyai adik lagi di saat dia berusia 25 tahun adalah hal yang bisa dibilang membingungkan untuknya. Yang ada di pikirannya sekarang hanya, bagaimana keadaan Ibu saat ini?Â
Azalea, nama yang cantik untuk adik cantik yang kini tengah terlelap dalam dekapan Ayu. "Dia sama sekali tidak mirip denganku."
"Tidak, dia mirip sekali denganmu," sanggah Tika. "Lihat saja hidungnya."