Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayi Ibuku

6 Januari 2024   21:35 Diperbarui: 6 Januari 2024   21:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya kantor tempat Ayu bekerja jadi sedikit berisik. Setiap rekan yang bertemu akan menanyakan pertanyaan yang sama kepada Ayu. "Beneran ibu kamu hamil?" Tapi jawaban Ayu sama kepada setiap orang, tentu saja 'iya' dengan disertai senyuman yang begitu manis. Ibu melahirkan Ayu saat usianya masih sangat muda, yaitu 16 tahun. Tapi sayangnya saat usia Ayu 4 tahun, Ibu di ceraikan. Hingga akhirnya menikah lagi satu tahun lalu saat usianya sudah menginjak 40. 

"Bukankah di usia itu sangat rawan yah kalau harus hamil lagi. Iya,'kan?" ucap Tika.

"Memangnya kenapa?" sahut salah satu rekan Ayu yang bernama Rosa.

"Risikonya tinggi tau kalau hamil di usia yang sudah tidak muda lagi,"jelas Tika.

"Tapi itu kan rejeki dari Tuhan?" Rosa tak mau kalah.

"Emang kamu nggak kasihan lihat ibu-ibu udah beruban masih gendong bayi? Atau lihat mereka harus begadang dan menyusui anaknya. Aah, apa lagi kalau harus mengejan saat melahirkan. Aku sampai merinding membayangkannya."

"Ibu sudah tahu itu, bahkan sebelum beliau akhirnya menikah. Ibu sudah berkali-kali ke dokter bahkan pergi ke psikolog. Jangan kalian pikir aku diam saja saat Ibu bilang mau hamil lagi. Aku melarangnya tapi Ibu meyakinkanku," terang Ayu.

Rosa dan Tika terdiam. Keduanya merasa bersalah telah membicarakan Ibu dari temannya itu. 

Sembilan bulan bukan waktu yang lama. Saat Ayu tengah bersiap untuk makan siang, ponselnya berdering. Itu panggilan darurat dari ayah sambungnya. Ibu mengalami pecah ketuban saat akan pergi ke kamar kecil, sedangkan sang Ayah tengah kunjungan ke luar kota. Ibu hanya bersama tetangga yang kebetulan juga rumahnya dekat. Panas terik menyengat kulit Ayu yang mulai berkeringat, hari ini dia tidak membawa kendaraan hingga pilihannya untuk segera sampai di rumah adalah ojek daring. 

"Tumben!" Seseorang menepuk bahu Ayu. "Mau makan siang di luar, ya? Sama siapa?"

Ayu selalu membawa bekal dari rumah, jadi saat dia keluar kantor pasti dia ada janji dengan seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun