"Kau tak apa?" Gadis itu bergeming. "Akan ku ambilkan air---" belum Bob beranjak, Stephanie memegang kaos Bob hingga pemuda itu terhenti.
"Tidak. Jangan tinggalkan aku," ucapnya.
Stephanie sangat takut hujan, apalagi hari ini badai datang dan dia tidak di dalam rumahnya.
"Bisakah kau memelukku, Bob?"
Dengan ragu, Bob mendekati Stephanie. Tangan besarnya merengkuh tubuh mungil Stephanie.
"Apa sudah lebih baik?"
Stephanie mengangguk.
"Bergegaslah ke loteng. Kau tahu kan rumah ini sangat sering terkena banjir. Aku harus menyelamatkan barang-barang---"
"Aku tidak bisa," Stephanie mulai menangis.Â
"Aku akan segera menyusulmu. Percayalah! Kita tidak punya waktu." Bob kembali memeluk Stephanie kemudian menggendongnya ke lonteng rumah itu.
Tidak butuh waktu lama, air sudah terlihat memasuki pintu depan. Rumah mereka sudah di bangun tinggi bahkan lebih dari satu meter tingginya dari halaman. Banjir seperti ini sudah biasa terjadi setiap tahun dan Bob tidak heran lagi. Hanya beberapa barang elektronik yang dapat Bob selamatkan sebelum air menggenangi lantai dasar rumahnya. Cuaca yang dingin dan tubuh Bob yang basah entah keringat atau cipratan air, lelaki itu terengah-engah di ujung anak tangga.