Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Kembali Semula (Bagian: 35)

3 Desember 2023   13:42 Diperbarui: 3 Desember 2023   21:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi dibuat di Canva

Artur terdiam. Bagaimana bisa dia santai seperti itu mengucapkan kalimat yang bisa saja membuat dia terbunuh dengan mudah. "Itu kelemahanmu! Bagaimana bisa kau mengatakan itu dengan mudah begitu."

"Karena kau tidak akan membunuhku!"

Matahari baru saja menyingsing. Sejak lima belas menit lalu Artur terbangun melihat Nath yang ternyata sama sekali tidak tidur. Di ambilnya sapu tangan dari sakunya. 

"Pakailah," ucapnya setelah melihat Nath berkali-kali mengusap wajahnya dengan kain basah. Kain itu sudah semalaman melakukan tugasnya. Sekarang biarkan dia istirahat. 

Nath tersenyum dan meraih sapu tangan itu. Masih terasa perih, matanya terlihat buruk. Bengkak dan memerah.

"Kau tidak baik-baik saja, Nath!" Artur mulai khawatir. Laki-laki itu mulai berpikir keras. Dia adalah ahli obat di masa lalu. Tapi hutan penyesalan? Tidak ada tanaman apapun selain pohon Ek dan pohon Roan beracun. "Kau bisa bertahan sampai kita keluar hutan ini kan?"


Nath mengangguk. Artur bergegas melipat kain yang baru saja dia pakai tidur. Menggoyangkan Kakek tua agar bangun. Dua kuda yang ikut bersama mereka mulai tidak patuh. Mereka semua lapar dan tidak ada apapun untuk dimakan. Perjalanan yang berat mereka mulai. Langkah yang berat membuat Kakek tua terhuyung. Kakek tua tidak lagi naik ke pundak Artur. Ternyata dia kasihan dengan lelaki itu. Kedua tangannya harus memegangi tali kekang. Sedangkan Nath, gadis itu duduk di atas pelana. Matanya semakin membesar, bengkak dan membiru.

Dengan mana elemen angin, Artur melacak tempat itu. Tidak jauh lagi mereka keluar hutan. Ada sebuah perkampungan. Butuh waktu satu jam berjalan kaki, mungkin tidak sampai matahari memanaskan kepala mereka.

Kuda mereka berhenti di sebuah kedai. Baru lima menit mereka sampai. Ini perkampungan yang cukup ramai, tapi tidak seramai Carperia atau Grastle. Mereka memakai pakaian yang berbeda. 

"Kita berada di Lodi Hostin. Tempat terpencil yang bahkan tidak ada di peta," jelas Kakek tua.

"Kakek tahu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun