Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 17: Gaun Pesta)

27 Juli 2023   09:59 Diperbarui: 27 Juli 2023   10:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wangi mawar pertanda pesta akan segera tiba. Lantai-lantai pualam dan marmer mulai menunjukkan kilaunya di setiap sudut istana.

Dan semua tampak asing di mata Julia. Tirai-tirai diganti, pohon-pohon dipangkas dan semerbak wangi anggur terus mengalir di setiap jengkal udara dalam istana.

Antara beruntung atau tidak. Kebahagiaan Julia dalam novel ditakdirkan berakhir setelah ini. Tapi Julia yang tengah menggenggam setangkai mawar itu tak mau menerimanya.

Ada undangan pergi bersama Ambeer siang ini dan Julia tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Ada yang dapat dia hindari, ada juga yang tidak walau sejengkal. 

Dari kejauhan Julia melihat jelas Ambeer berjalan di tengah lorong bangunan istana, dengan pilar menjulang tinggi yang tengah dibersihkan. Para pelayan menyapa dan memberikan tanda penghormatan kepadanya. Julia tersenyum. Tanpa sadar kakinya melangkah mengikuti jejak Ambeer. Tidak ada satupun bibir di sepanjang lorong yang menyapanya. Terang saja, dia adalah Julia, bukan sapaan yang didapatkan mata-mata merendahkan justru membidik tajam dibelakang pundaknya.

"Kita pergi saja dari sini, Yang Mulia," ajak Elle.

Julia juga menginginkan hal itu, tapi seperti kakinya tengah di luar kendalinya---tak dapat diberhentikan. "Tolong saya, Elle," pinta Julia.

Elle kemudian menarik lengan Julia dan menuntunnya ke arah sebaliknya. Ada dahaga yang tertimbun di dalam batin Julia. Haus akan rasa hormat dan sebuah kekuasaan. Sesutu yang akhirnya akan menghancurkannya berkeping-keping---mengenaskan.

Aroma tengah hari di pusat kota telah sampai ke dalam kereta yang di naiki Julia. Elle membuka sedikit tirai, senyum kegembiraan menggantung jelas di sudut bibirnya, pelayan itu menunjukkan tempat-tempat terkenal di pusat kota yang harus Julia datangi. Tempat para kalangan atas membuang-buang uang mereka. Butik, toko perhiasan hingga toko barang-barang antik. Begitu antusias Elle hingga dirinya tidak sadar jika tidak ada satupun dari tempat itu yang menarik hati sang Tuan Putri. Hingga kereta mereka berhenti tepat di depan butik yang sudah jadi langganan istana itu, pandangan Julia masih kosong. Di tempat asing itu dia tengah memulai rasa sepinya. Di tengah ibu kota Spolva, kisah tentang dirinya akan segera dimulai.

Dua orang berpakaian serasi menyambut Julia dan Elle. Aroma manis dan lembut seketika menyeruak keluar dari balik pintu begitu mereka mendekat.

"Selamat datang, Yang Mulia," ucap keduanya serentak.

Layaknya bangsawan lain, Julia hanya menggerakkan kepalanya halus pertanda dirinya menerima penghormatan itu. Julia hanya mengikuti apa yang sudah ada di dalam kepalanya. Selebihnya, dia  tidak lebih hanya alat penggerak tubuh itu ke sana, ke mari. Isi kepala perempuan itu tidak dapat di tebak lagi.

Seseorang yang tak asing tengah duduk di ruang tunggu. Sangat cantik dengan gaun merah muda yang tertimpa cahaya matahari langit Spolva. Dia adalah Ambeer, Si Tokoh utama pesta.

Sebelum menuju ruang tunggu, Julia memanggil pelayan toko pakaian itu. Ada sebuah gaun yang sangat ingin dipakainya. Bukan gaun merah kayu manis. Tapi gaun secantik sakura di bulan April.

"Gaun yang sangat cantik. Apa kau akan mengenakannya besok?" Ambeer tiba-tiba mendekat.

"Iya. Tentu," jawab Julia singkat.

Pandang Ambeer tidak lepas dari gaun yang tengah dikenakan Julia. Seorang pelayan mencari celah di mana kurangnya gaun itu. Sampai Ambeer memerhatikan lekat-lekat.

"Saya akan memakai gaun ini, tolong antarkan," ucap Julia sebelum Ambeer kembali membuka bibir mungilnya. Sang penjahit gaun itu bahagia bukan kepalang. "Tolong tambahkan bunga matahari. Itu lambang keceriaan," tambah Julia

"Tapi apa itu cocok?" Ambeer menyela.

Julia tersenyum tipis. "Tentu saja tidak. Tapi sepertinya akan menarik," jawabannya singkat.

"Apa kau suka menjadi pusat perhatian?"

"Terima kasih karena Yang Mulia Putri memperhatikan saya. Tapi saya hanya akan melakukan apa yang ingin saya lakukan. Tolong Anda hargai saya. Lagipula bunga itu tidak dilarang di kerajaan ini, bukan?" Julia tersenyum tanpa makna. "Kalau boleh saya memberi saran, lebih baik Anda memakai gaun biru di sana. Sepertinya sangat cocok untuk Yang Mulia Putri Ambeer," Julia menunjuk sebuah gaun biru tua dengan taburan safir.

"Terima kasih, sepertinya matamu jeli juga dengan sesuatu yang indah. Dan juga karena sudah menerima undanganku untuk pergi bersama memilih gaun, kau tahu caranya menjadi orang penting."

"Saya harap itu adalah pujian, Yang Mulia," Julia tersenyum kecut.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun