"Selamat datang, Yang Mulia," ucap keduanya serentak.
Layaknya bangsawan lain, Julia hanya menggerakkan kepalanya halus pertanda dirinya menerima penghormatan itu. Julia hanya mengikuti apa yang sudah ada di dalam kepalanya. Selebihnya, dia tidak lebih hanya alat penggerak tubuh itu ke sana, ke mari. Isi kepala perempuan itu tidak dapat di tebak lagi.
Seseorang yang tak asing tengah duduk di ruang tunggu. Sangat cantik dengan gaun merah muda yang tertimpa cahaya matahari langit Spolva. Dia adalah Ambeer, Si Tokoh utama pesta.
Sebelum menuju ruang tunggu, Julia memanggil pelayan toko pakaian itu. Ada sebuah gaun yang sangat ingin dipakainya. Bukan gaun merah kayu manis. Tapi gaun secantik sakura di bulan April.
"Gaun yang sangat cantik. Apa kau akan mengenakannya besok?" Ambeer tiba-tiba mendekat.
"Iya. Tentu," jawab Julia singkat.
Pandang Ambeer tidak lepas dari gaun yang tengah dikenakan Julia. Seorang pelayan mencari celah di mana kurangnya gaun itu. Sampai Ambeer memerhatikan lekat-lekat.
"Saya akan memakai gaun ini, tolong antarkan," ucap Julia sebelum Ambeer kembali membuka bibir mungilnya. Sang penjahit gaun itu bahagia bukan kepalang. "Tolong tambahkan bunga matahari. Itu lambang keceriaan," tambah Julia
"Tapi apa itu cocok?" Ambeer menyela.
Julia tersenyum tipis. "Tentu saja tidak. Tapi sepertinya akan menarik," jawabannya singkat.
"Apa kau suka menjadi pusat perhatian?"