Gaun yang cantik. Kalung berkilau. Rambut tertata rapi, halus dan lembut. Ruangan yang harum dan wajah yang memesona. Hari yang menyenangkan untuk memulai hal yang baru. Julia menatap bergairah langit biru di ujung pepohonan yang membatasi istana putri dan istana utama. Membiru dan cantik.
"Kereta Anda sudah siap, Yang Mulia," ucap salah seorang lelaki muda berpakaian pelayan, dia adalah Ahn. Julia menganggukkan kepalanya, memberi kode jika ini adalah saatnya. Elle menatap Julia sumringah. "Saya tidak sabar untuk hari ini, Yang Mulia." Gadis itu betepuk tangan tanpa suara.Â
Julia mengedikan bahu. Tidak ada yang tahu hal baik atau hal buruk yang akan terjadi sedetik ke depan. Tapi dia selalu percaya, apapun itu mungkin akan menarik.
Elle, Ahn dan beberpa pengawal mengikuti langkah Julia. Sebelum akhir langkahnya dihentikan oleh salah seorang pemuda tampan. Pangeran.
"Kakak akan pergi ke mana?"
"Salam, Pangeran." Julia membungkukkan tubuhnya. Tidak ada yang aneh. Adik laki-laki itu belum lama dikenalnya, jadi apa yang membuat aneh jika saat ini dia juga harus memberi salam setiap kali wajah itu muncul di hadapannya.
"Apa Kakak harus seperti itu setiap kali bertemu denganku? Aku sangat canggung, Kak!"
"Bukankah etika dan sopan santun adalah pakaian bagi para bangsawan? Dan saya sedang berusaha memakainya."
Dimitri memajukan bibir mungilnya tanda tak suka. "Kakak belum menjawab pertanyaanku. Kakak mau ke mana?"
"Saya akan ke toko gaun. Bukankah upacara kedewasaan akan segera diselenggarakan?" jawab Julia.
"Iya! Tentu saja! Kakak harus jadi wanita tercantik di acara itu."