Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Julia (Bagian 12: Julia Rossettini Garnet)

21 Juli 2023   03:56 Diperbarui: 21 Juli 2023   04:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mana yang nyata dan mana yang mimpi, dua hal yang begitu jelas terlihat. Sungguh tidak mungkin ternyata dia sudah hidup berhari-hari di tubuh seorang antagonis yang akan mati terbunuh oleh adiknya. Dia pikir hidupnya sudah lebih baik karena tidak lagi harus berurusan ayah atau ibu tirinya. Tapi kehidupan sebagai Julia bukanlah mudah. Bertahan hidup di antara perebutan tahta.

Aroma gula kapas mengisi kamar Julia. Ruangan dengan dekorasi kaya akan warna kuning mengkilat. Lantai licin berdecit tiap kali kakinya salah menggunakan irama langkah. Kehidupan baru yang menakjubkan juga mengerikan. Gaun cantik merah muda dengan sarung tangan putih dikenankan Julia pagi itu. Selepas sarapan yang diantarkan ke kamarnya, dia bergegas menuju aula utama.

Gaun dengan coat berlapis membuat berat kakinya melangkah. Rambut pirang keemasannya tergerai indah jatuh di pundak. Orang-orang tengah menantikan dirinya sejak kabar pulangnya Putri pertama dan Pengeran pertama ke istana. Lihat saja, semua bangsawan telah berjubel mengisi tiap senti lantai aula utama. Sang Raja dan Putri kedua; Putri Ambeer duduk di singgasana, anggun dan terlihat berkelas.

Diantar seorang kesatria, Julia muncul dari balik pintu kanan berbarengan dengan Dimitri dari pintu kiri. Keduanya berjalan lurus lalu membungkuk memberi salam pada Raja. Dimitri duduk di samping Raja dan Julia bersebelahan dengan Ambeer.

"Kau gugup?" tanya Ambeer sedikit berbisik.

"Seperti Yang Mulia Putri lihat, saya begitu gugup, tubuh saya juga gemetar." 

Ambeer meraih tangan Julia, "Tenanglah. Kau akan baik-baik saja." 

Dari ratusan orang yang datang entah mengapa mata Julia justru tertuju pada sosok tinggi besar Rez; Duke Crimson yang tengah berdiri di tengah-tengah para tamu. Mungkin ini seperti acara Debutante, hanya saja kali ini hanya dikhususkan untuk dua anak Raja yang baru saja mendapatkan gelar dan penobatan. Debutante sesungguhnya akan diadakan lima bulan lagi. Dan jika harus menunggu memperkenalkan akan terlalu lama. Jadilah hari itu diadakan debutante sekaligus acara Penobatan.

Selepas Raja membuka acara itu. Dan sebuah mahkota terpasang di kepala Julia dan Dimitri, keduanya mendapat nama baru dan pesta di mulai.

Julia Rosettini Garnet dan Dimitri Calncy Garnet. Garnet adalah nama lain dari batu delima, juga merupakan nama dari Ibunda Raja. Pendiri kerajaan Dargale. Mempunyai rupa yang sangat mirip dengan Julia, rambut pirang pucat dan pipi memerah setiap saat. 

Raja menjadi orang pertama yang mengajak Julia berdansa. Selama hidup, Yuri tidak pernah sekalipun belajar dansa, namun tubuh Julia seperti menyimpan kenangan bahwa dirinya pernah mempelajari setiap gerakan dansa. Tidak sekalipun sepatunya menginjak kaki Raja atau gaunnya yang panjang. Semua orang bertepuk tangan, setelah membungkuk sopan, Julia kembali ke tempatnya bermula---singgasana Tuan Putri.

Musik mengalun kembali. Tangan-tangan saling bersambut, tertaut dalam melodi halus yang mengalir di tiap celah aroma wine dan gula. Ruangan sebesar lapangan berkuda itu terisi orang-orang yang terhanyut dalam gerakan. Hanya satu orang yang memilih pergi. Dia adalah Rez. Mungkin dia tidak suka dengan pesta dan kegaduhan. Tapi ketidaksopanannya membuat masalah baru. Ambeer akan jadi bahan olokan selama seminggu oleh para bangsawan karena sikap calon tunangannya yang tidak mengajaknya berdansa. Berlalu pergi dan tak kembali hingga pesta itu berakhir di tengah malam.

Ambeer mempunyai pribadi yang lemah lembut. Pendiam namun licik. Cerdas dan pandai bermain teka-teki. Salah satu tokoh yang sangat dikagumi oleh Yuri. Saat Yuri di dalam tubuh Julia, matanya bahkan tak berkedip, melihat kecantikan perempuan yang satu tahun lebih muda dengannya itu.

"Apa ada sesuatu di wajahku, Kak?" tanya Ambeer.

"A-ah! Tidak! Tidak ada," jawab Julia panik. "Hanya saja, Tuan Putri sangat cantik."

Pipi Ambeer memerah. "Tidak, Kakak justru lebih cantik dariku. Lihat saja rambut Kakak yang panjang, bulu mata Kakak lentik," tunjuk Ambeer pada rambut Julia.

Mata Ambeer sunggu cantik. Hijau seperti batu Ambeer, sesuai sekali dengan namanya. Rambutnya hitam sama seperti Raja. Kulitnya putih pucat dan ada lesung di pipinya. Rupa sempurna untuk seorang Putri.[[

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun