Selepas makan siang. Mansion itu ramai bukan main. Kereta kuda dari istana memasuki halaman mansion. Kereta dengan enam kuda yang menariknya. Seorang utusan istana berpakaian rapi meminta izin bertemu. Ia adalah utusan yang akan menjemput Julia. Atau kini orang-orang akan mengenalnya sebagai Putri Rosettini.
Sayang sekali. Ucapan Rez petang kemarin telah melukai hati Julia. Gadis itu dengan langkahnya yang cepat sudah pasti sudah sampai di suatu tempat. Tapi si bodoh Julia tetaplah kakak yang baik, gadis itu kembali ke kediaman Tuan Grek mencari Dimitri. Mengendap-endap mengamati sekitar kandang kuda. Hampir satu jam, tapi tidak satupun tanda jika Dimitri masih di tempat itu. Julia kembali berpikir, bisa jadi Dimitri sudah melarikan diri, berkeliaran di suatu tempat mencari dirinya.Â
Saat Julia memutuskan berbalik, gaunnya tersangkut di antara ranting kayu. Dengan kedua tangannya, Julia mencoba menarik gaun itu. Sekuat tenaga hingga sebuah tumpukan kayu di sampingnya ambruk. Bukannya terlepas, kini kakinya juga terjebak di antara balok-balok kayu perapian yang menimpanya.
Seorang pelayan yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Julia. Celaka. Dia adalah salah satu pelayan yang pernah mengerjai Julia di sungai. Pelayan itu memang melepaskan Julia dari tumpukan kayu. Tapi sebelum itu, perempuan berwajah datar itu telah mengikat kedua tangan Julia duluan.
"Kau datang sendiri ke kandang singa. Dasar perempuan bodoh."Â
Pelayan itu menarik pakasa Julia. Dilemparkannya tubuh Julia ke dalam gudang pengap penuh tumpukan jerami. Julia tahu jika ini memang akan terjadi jika dirinya tertangkap. Tapi di mana Dimitri? Bahkan jejaknya juga tidak ada.Â
Di tempat lain, Rez dan Dante tengah kebingungan mencari Julia. Para pasukan kesatria dari istana serta dari keluarga Duchy Crimson---mencari di setiap tempat di wilayah Crimson.
"Harusnya aku memang tidak datang ke tempat ini. Orang-orang di tempat ini sungguh buruk. Tapi Dimitri adalah keluargaku satu-satunya,"Â batin Julia berperang dengan pikirannya yang sebenarnya tidak mau peduli lagi dengan anak kecil bernama Dimitri itu.
Menjelang malam, seorang pelayan cilik datang menemuinya. Membawa sebuah roti dan sepotong buah pir. "Kakak!" ucap anak itu lirih.
Sejak anak itu memasuki kandang kuda Julia sudah melihatnya. Mengendap-endap seperti pencuri. Gudang itu sempit gelap tapi banyak celah yang memungkinkan Julia melihat ke luar meskipun terbatas.
"Kau siapa?"
"Namaku, Billy. Kakak boleh memanggilku Bill,"
"Apa mau mu, Bill?"
"Aku tahu, Kakak adalah Kakaknya Dimitri."
Mata malas menatap tiba-tiba terbuka lebar saat anak itu menyebut nama sang adik. "Kau tahu Dimitri?"
Anak itu mengangguk.
"Sekarang di mana dia?"
"Seseorang dengan kuda yang gagah datang dan membawa Dimitri," jawab anak itu.
Julia mengernyitkan dahi. "Seorang berkuda?"
Seseorang tiba-tiba saja masuk. Dengan suara lantang dia meneriaki anak itu dan menyeretnya keluar. Dari kejauhan masih terdengar, bagaimana anak itu berteriak seperti sangat kesakitan.
"Apa anak itu akan baik-baik saja?"Â
"Kau tidak perlu khawatir. Bocah itu tidak apa-apa." Seorang berpakian serba cokelat dengan bot tinggi dan cambuk di tangannya mendekat. Aroma tembakau bercampur dengan aroma wine keluar dari mulutnya.
"Kau apakan anak itu?" tanya Julia.
Laki-laki itu tertawa hingga suaranya membuat para kuda terkejut dan ikut mengeluarkan suara.
"Khawatirkanlah dirimu sendiri, Nona. Anak itu sudah tenang di alamnya," ucap lelaki itu menjijikan.
Wajah lelaki itu mendekati Julia. Di sentuhnya wajah Julia. Aroma wine berubah busuk dan menusuk. Ingin rasanya Julia menendang jauh tubuh lelaki. Tubuh lelaki itu semakin condong membuat wajahnya semakin mendekati Julia. Jijik dengan lelaki itu Julia dengan sengaja meludahi tangan yang tengah memegang dagunya.
Dengan wajah yang penuh amarah. Lelaki itu mengeluarkan makian dan hinaan pada Julia diikuti dengan sabetan cambuk[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H