Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 6: Nasib Julia)

16 Juli 2023   02:11 Diperbarui: 16 Juli 2023   02:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar gadis tidak tahu sopan santun! Tidak tahu terima kasih!" Didorongnya Julia hingga tersungkur. "Aku tidak akan memaafkan kalian, meskipun kalian bersujud memohon ampun padaku." Tuan pemilik toko murka. Meninggalkan ruangan gelap itu dengan wajah memerah, tapi aroma tembakau menyebalkan itu tidak juga hilang bersama lenyapnya tubuh gempal Tuan pemilik toko.

Tidak ada kesepakatan yang tercapai. Setelah Tuan pemilik toko pergi, selang beberapa menit dua sipir menghampiri Julia dan Dimitri. Keduanya dipakaikan kain penutup mata lalu menyeretnya ke luar penjara. Keduanya akan dijual sebagai budak oleh Tuan pemilik toko sebagai ganti rugi. Jika menurut hitungan Julia, satu minggu dirinya mengambil roti itu dan jumlahnya tidak lebih dari dari 10 buah---hanya 7. Harga satu buah roti adalah 10 koin perak dan jika dijumlahkan maka hanya sekitar 70 koin perak, tapi karena itu roti basi harga roti itu hanya 5 koin perak. Jika Julia tetap bekerja di tempat itu dan tidak dibayar selama 3 hari saja sudah pasti sudah lunas.

Tapi Tuan pemilik toko itu congkak sekali. Menjual Julia dan Dimitri akan membuat dirinya untung lebih banyak. Kehilangan satu Julia dari tokonya tidak akan berdampak apapun. Ada banyak orang yang ingin bekerja bersamanya.

Ya, Julia dan Dimitri segera akan dikirim ke pasar gelap untuk dijual. Perdagangan manusia di masa itu masih marak sekali. Orang-orang kaya akan datang hanya untuk mendapatkan budak dengan harga murah atau pelayan dengan harga sepotong roti.

Roda pedati telah bergerak. Jalanan yang rata berubah dengan bebatuan bergelombang dan terkadang melewati kubangan. Mereka memang terikat dan mata tertutup tapi jelas sekali jika jalan yang mereka lewati itu tidak selalu layak di lewati oleh roda pedati.

Julia dan Dimitri duduk saling berhadapan andai mereka bisa saling melihat satu sama lain. Tidak nyaman sekali harus duduk di atas papan pedati yang terus bergerak. Tidak ada banyak ruang yang bisa membuat mereka merubah posisi. Kanan kiri mereka adalah tumpukan jerami. Jika kau berpapasan dengan pedati yang satu ini, kau juga akan mengira jika ini memang pedati yang tengah mengangkut jerami untuk ternak.

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan, Kak?"

"Kita tunggu saja apa yang akan mereka lakukan pada kita," ucap Julia. Suaranya lemah. Badannya panas dan berkeringat---gadis itu demam.

"Kakak---"

"Sandarkan saja kepalmu ke belakang. Itu lumyan. Tidurlah sampai kita diturunkan." Julia bergeser satu senti memperbaiki posisinya yang sudah tidak nyaman. Dimitri yang penurut langsung saja mengikuti instruksi sang Kakak.

Perjalanan mereka cukup jauh melewati hutan dan menyusuri tepian sungai. Hingga akhirnya kendaraan itu berhenti disebuah bangunan tua dengan dinding berlumut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun