Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Julia (Bagian 5: Kepergok)

15 Juli 2023   20:48 Diperbarui: 15 Juli 2023   22:05 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia seperti membeku saat Yuri membuka mata. Bulan ke tiga di kehidupannya sebagai Julia. Jika Yuri bangun dan berangkat pagi setelah matahari setinggi tombak. Julia bergegas bangun sebelum matahari menampakan cahayanya. Tidak ada pekerjaan kantor yang membebaninya atau tugas kuliah yang harus segera ia selesaikan, tapi tuannya di toko roti sangat disiplin, pagi hari adalah waktu paling ramai di toko roti. Orang-orang datang untuk membeli roti untuk sarapan.

Ada puluhan karung tepung yang akan datang pagi ini. Dan Ada puluhan lain adonan kue yang harus ia panggang sebelum matahari menyapa bumi mereka. Hanya mengenakan pakaian sederhana rambut cepol rapi dan topi masak. Julia bergumul dengan tepung dan ragi.

"Lebih cepat, Julia! Orang-orang sekarang datang lebih pagi dari biasanya!"

"Jangan melamun, Julia!"

"Perhatikan takaran tepungnya, Julia!"

"Kerja mu seperti siput!!"

Apapun yang di katakan oleh pemilik toko roti, Julia hanya mengangguk atau hanya berkata "Baik, Tuan!" . Gadis yang malang. Harusnya sekarang dia sudah hidup lebih baik jika Ayahnya tidak kecanduan bermain judi. Seharusnya sekarang hidupnya lebih baik jika saja uangnya tidak dihabiskan untuk membayar hutang ibu tirinya. Segalak atau secerewet apapun tuan pemilik roti dia orang yang lebih baik dari Ayahnya.

Julia tidak pernah bertemu atau melihat anak pemilik roti memasuki dapur, atau menyentuh tepung. Gadis itu hanya sibuk dengan belajar layaknya anak-anak pada umumnya. Tidak dengan dirinya yang sudah bekerja keras bahkan sejak usia belasan tahun hanya untuk makan.

Pada suatu siang yang cerah. Julia yang di tugasi mengambil buah persik di gudang bertemu dengan Nona, anak pemilik toko roti. Cantik dengan gaun warga jingga yang membuatnya bersinar meskipun gudang itu tampak gelap dan berdebu. Mereka berkenalan dan saling sapa.

"Aku tahu kau Julia. Meskipun aku jarang sekali ke dapur, tapi aku tahu kau adalah Julia. Saya Dorotti," ucap gadis itu sambil menyodorkan tangan.

Julia membersihkan tangannya yang berdebu karena memilah buah persik. Menepuk-nepuk pada celemek cokelat yang melekat di tubuhnya. "Salam kenal Nona. Saya Julia," ucapnya sopan.

"Kau cantik! Bahkan tanpa riasan," ucap Dorotti. Kalimat itu sukses membuat wajah putih Julia memerah seperti kulit persik.

"Apa kau malu? Sungguh, kau cantik sekali Julia."

"Terima kasih, Nona! Anda lebih cantik." Pujian Julia juga berhasil membuat hati Dorotti berbunga.

Tanpa di jelaskan Julia memang lebih cantik. Yuri sendiri sangat kagum dengan kulit putih bersih Julia yang tak pernah tersentuh perawatan. Lebih sehat dari kulit Yuri yang setiap hari memakai masker dan serum. Matanya yang biru dan rambutnya yang pirang, serta tubunya yang proporsional. Julia sungguh tidak pantas hidup sebagai wanita miskin.

Jelang sore hari saat Julia telah bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya yang lain;Dimitri datang. Lihatlah anak laki-laki yang kini sebagai adiknya. Kurus dengan rambut pirang berantakan. Entah kapan kali terakhir dirinya mandi. Kusam dengan pakaian yang sudah dikenakan sejak dua hari lalu. Tidak ada mantel hangat yang membalutnya---suhu dingin di musim gugur masih belum membekukan tulangnya.

Dimitri berdiri di samping pintu belakang dapur toko roti. Wajahnya pucat. Dua kemungkinan yang terjadi, dia belum makan atau sudah terlalu lama dia berdiri menunggu Julia di tengah suhu udara yang semakin rendah.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini?" tanya Julia.

"Tidakkah kau membawa sepotong roti untukku? Aku lapar. Toko roti ini terkenal dengan rotinya yang lezat dan---"

"Tidak! Pulanglah," tolak Julia.

"Uangku, diambil oleh preman. Bagaimana aku akan makan hari ini," ucap anak itu-menyedihkan.

"Masuklah. Ada beberapa potong roti yang tidak laku kemarin karena bentuknya tidak rapi. Mungkin itu bisa kita makan." Julia kembali membuka pintu dan masuk ke dalam dapur toko roti yang sudah sepi.

Julia mengambil sebuah roti dengan isian keju. Roti itu seharusnya mempunyai bentuk seperti kacang Hazel. Namun karena kesalahannya roti itu justru seperti kroisan. Roti mewah. Hanya bangsawan saja yang biasanya membeli roti itu. Adiknya pasti akan senang jika dapat mencicipi rasa roti itu. Julia sendiri belum pernah mencicipi sepotong pun roti di sana. Mana mungkin! Jika dia ketahuan memakan roti meskipun itu roti basi, pasti akan membuatnya dipecat.

"Masukkan dalam kantongmu!" ucap Julia.

Dimitri menerima roti itu. Dengan segera dia memasukkannya ke dalam kantong pakaian. "Apa kita mencuri?"

"Cepat kita harus pulang sebelum ada yang melihat!"

Dimitri pulang dengan hati berbunga karena hari ini dia dapat makan roti mahal dari toko roti terkenal. Sedangkan Julia? Tentu saja dia bergegas menuju restoran di seberang jalan untuk mulai mencuci piring dan mengelap semua perkakas di sana.

Selama satu minggu mereka melakukan hal itu. Mengambil roti yang tak layak jual dan membawanya pulang. Tidak ada yang tahu bahkan pemilik toko roti. Hingga suatu ketika mereka berdua sial-putri pemilik toko mendapati mereka tengah memasukan roti ke dalam kantung celana.

Tanpa basa-basi gadis 14 tahun itu berteriak maling dan membuat semua orang di toko itu berkerumun. Tidak ada waktu melarikan diri. Dorotti tidak tahu jika itu adalah Julia, perempuan yang sebenarnya dia kagumi. 

Julia dan Dimitri dibawa ke penjara. Keduanya mungkin harus menjual rumah atau harus jadi budak jika ingin terbebas dari tempat itu. Menyedihakan.

"Julia," 

Julia tengah duduk di atas jerami di dalam sel tahanan. Meringkuk bersama adiknya saling melindungi dari suhu dingin. Matanya menangkap siapa sosok yang menyebutkan namanya dengan lembut itu. "Nona---"

"Panggil saja aku Dorotti," ucapnya terdengar sedih, "maafkan aku Julia," sambungnya.

Julia bangkit dan menghampiri Dorotti. "Saya tidak apa-apa, Nona. Saya memang mencuri roti itu," ucap Julia dingin.

"Aku akan berusaha membujuk ayahku agar mengeluarkan mu,"

"Terima kasih. Anda baik sekali. Tapi harusnya Anda tahu seperti apa ayah Anda. Tidak mungkin Tuan Baron akan dengan mudah mencabut hukuman bagi kami yang sudah mencuri di tokonya."

"Tapi---"

"Anda pulang saja, Nona. Jangan sampai Tuan Baron tahu kalau anaknya menyelinap keluar hanya untuk menemui pencuri sepertiku."

Julia kembali duduk bersandar pada dinding-tertunduk menatap jerami yang jadi alas mereka tidur berhari-hari ke depan. Dorotti dengan rasa bersalahnya melangkah pergi meninggalkan Julia yang sudah enggan menatap anak dari tuannya itu.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun