Tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi. Yang Yuri rasakan hanyalah air dan sesak. Semua terasa dingin dan kemudian hangat. Sayup-sayup terdengar nyanyian Ibu lalu kemudian suara lain memanggil namanya kencang. Itu mungkin suara rekannya atau hanya halusinasi yang tercipta saat dirinya semakin hilang kesadaran.
Hilang. Semua hilang. Apa yang digenggamnya, dan semua yang ia perjuangkan. Lenyap di balik kabut putih yang menyesakkan.
"Kasihan sekali kau, Nak! Bangunlah dan jalani kehidupanmu kali ini dengan baik." sebuah suara muncul seakan membelai tubuh dingin Yuri.
Yuri mengerjapkan matanya. Cahaya terang itu menerobos masuk kabut putih. Menyilaukan hingga ia harus menggunakan kedua tangannya untuk menghalanginya. Sekejap lalu menghilang, hanya gelap sekarang. Ada hawa dingin menyelinap dari kepalanya seperti embusan seseorang menghela napas perlahan meniup ubun-ubunnya.
"Apa ini alam kematian?" Yuri menerka-nerka. "Tidak. Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Apa aku selamat?"Â
Gadis itu mulai dapat merasakan helaan napasnya perlahan. Rasa sakit yang menjulur dari tiap jengkal tubuhnya.
"Kak! Kakak baik-baik saja?"Â
Yuri tak mengenali suara itu. Bukan suara Joy atau teman seperjalanannya. Ini suara anak laki-laki yang terdengar asing.
Yuri mencoba membuka mata---perlahan. Samar terlihat seorang anak laki-laki tengah menatapnya. Pakaiannya aneh dan sungguh wajahnya sangat asing.
"Kau---kau siapa?" tanya Yuri. Suaranya lemah dan pelan---tanpa tenaga.