Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Malam Pengakuan (bagian 15)

10 Juli 2023   13:27 Diperbarui: 12 Juli 2023   10:48 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang hangat dan nyaman tiba di Gradiana. Esok pagi adalah waktu di mana Nath akan kembali ke Carperia. Gadis itu berdiri di luar jendela menatap bulan yang tampak lebih kecil dari pada tempat asalnya. Warnanya biru; meskipun tidak sebiru matanya. 

Di genggamnya sebuah benda berbentuk bulat dengan tali di ujungnya. Itu adalah jimat yang Nathan berikan untuknya 9 tahun yang lalu. Sejak saat itu bocah lelaki itu tidak pernah terlihat lagi.

Bagaimana kabarnya? Apa dia sudah jadi kesatria seperti mimpinya? Pertanyaan itu terus saja bergelayut di dalam benak Nath. Nathan adalah teman pertamanya sebelum dia mengenal Anna dan Jeremy. 

"Bukankah di luar dingin, Nona?"

Nath menatap sekeliling. Melihat siapakah yang mencoba berbicara dengannya. Namun tidak ada seorangpun yang dapat ditemukannya.

"Saya adalah benda yang ada di tangan Anda." Nath menatap benda itu.

"Mana mungkin kau adalah benda ini." Nath menjawab dengan ragu. 

"Manakah ada yang tidak mungkin, jika Anda sedang berada di Gradiana," ucap suara dari benda itu.

"Siapa kau?"

"Tentu saja bocah yang memberikan benda ini pada Nona. Bocah kecil yang hampir tewas di hutan iblis bersama Anda."

Nath terdiam. "Nathan---" ucapnya lirih.

"Terima kasih, karena Anda masih mengingat saya dan masih menyimpan benda ini."

"Aku menyimpan benda ini selama sembilan tahun dan tidak ada yang aneh. Kalau benda ini memang bisa untuk berkomunikasi denganmu ..., kenapa kau baru menghubungiku? Apa kau membenciku?"

"Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak membencimu. Hanya saja, aku baru bisa menghubungimu jika aku sudah bertemu denganmu."

"Apa kita sudah bertemu?"

"Tentu saja."

"Kalau kau sungguh Nathan, apa cita-citamu waktu kecil?"

"Aku ingin menjadi kesatria. Dan sampai kita bertemu lagi."

"Tunggu---"

Suara itu menghilang bersama dengan lilin di kamar itu yang padam. 

Nath berlari kesana kemari dengan tatapan ketakutan. Terdengar berbagai suara di telinganya. Bisikan-bisikan yang membuat gadis itu kehilangan arah. Mendengung dan bergema. Mencekik dan menghalangi udara memasuki rongga hidungnya. Suara yang aneh dan menyakiti telinganya. Bak lantunan doa mengutuk.

Tidak ada hal lain, hanya ada rimbunnya hutan; sepanjang mata memandang. Tidak ada seorangpun, tidak ada siapapun. Nath menatap ke segala arah, kembali berlari menyapu tebalnya dedaunan yang jatuh di tanah, gerisiknya menciptakan suara yang mengerikan. Tidak tidak tahu bagaimana dia ada di tempat itu. Terakhir yang dia lakukan hanyalah menutup mata untuk tidur.

Sepasang tangan mendadak muncul dan mencoba mencekik leher Nath. Bukan lagi membuatnya sulit bernapas, tapi menginginkan leher gadis itu patah. Tangan dingin yang keluar dari udara kosong yang berkabut;pucat dengan aroma begitu busuk.Berteriak namun tidak bisa---berbisikpun tak sanggup. Tangan itu mencekiknya kuat dan semakin kuat. Jari-jari itu tepat mencegat jalan udara di tenggorokannya. Napasnya hampir habis. Berteriakpun percuma; suaranya tak keluar dan tidak ada seorangpun di sana.

Ayah, tolong ....! Nath berbisik dalam ketidakpastian.

Dalam sekejap, sebuah cahaya putih dan biru tiba-tiba muncul dari telapak tangan Nath. Apa ini? Nath melihat tangannya. Bercahaya dan mengeluarkan aroma vanilla yang lembut.

Sementara di lain tempat. Anna tengah terisak---bersedih. "Sadarlah, Nona?" Gadis itu mengguncangkan tubuh Nath. Mengusap pipinya dan menggenggam tangan pucatnya. Tubuh lemas dingin dan tidak berdaya.

Nath mendengar suara Anna. Tengah menangis. Jelas itu adalah dia. "Anna, tolong aku! Anna!" ucap Nath. Berharap Anna datang dan menolong secepatnya. Namun pelayannya itu tidak mungkin mendengar. Dia tidak mendengar apa pun. Semakin dia mencoba memanggilnya, semakin suaranya menghilang; semakin kuat juga tangan itu yang mencekiknya. 

Pandangannya kabur. Apa yang ada di hadapannya berubah jadi hitam. Gelap dan sempit, dia pun berpikir jika ini adalah akhir dari hidupnya.

Anna berteriak panik. Suaranya memenuhi seluruh ruangan. Noah yang mendengar suara Anna itu lalu berlari ke kamar Nath. Terlihat adiknya itu tergeletak di lantai dengan wajah pucat. Sedang Anna memeluknya cemas.

"Nath ...." Noah menggendog adiknya ke atas ranjang. Nadinya lemah. Badannya dingin namum keringat membasahi sekujur tubuh dengan bibir membiru.

"Tangannya semakin dingin, Tuan!" ucap Anna.

Noah lalu memegang tangan Nath. Memejamkan mata dan mencoba menyalurkan Mana elemen ke tubuh Nath.

Gubrak....

Noah terpental. Tubuhnya tersungkur di lantai.

 "Kakak baik-baik saja?" Lucas membantu Noah kembali berdiri.

"Mana yang aku salurkan ditolaknya!" ucap Noah dengan wajah tidak mengerti. 

Noah mendekati Nath kembali. Mencoba lagi mengalirkan Mana miliknya---kali ini dia mencoba mengalirkan elemen angin. Sama seperti saat menyalurkan elemen api. Noah terpental lagi. "Apa yang terjadi?" ucap Noah.

"Sepertinya ini d luar kemampuan kita, Kak."

Kondisi Nath tiba-tiba kritis dengan denyut jantungnya semakin melemah. Kabar itu telah sampai juga di telinga Raja dan Ratu. Kedua orang yang paling berkuasa di Gradiana itu dengan tergopoh-gopoh mendatangi kamar Nath. Langkah kaki rombongan itu bahkan terdengar dari kejauhan.

"Apa yang terjadi?" tanya Vederick.

"Diamlah!" bentak Claire yang tengah mengamati ibunya.

Ratu memeluk Nath. Matanya menahan tangis dan kesedihan. Di genggamnya tangan gadis itu. Lalu menempelkan di dadanya.

Dalam sekejap Mana elemen air milik Beatrice terserap habis. Tubuhnya ikut melemas tidak berdaya. Tumbang di samping Nath. Perempuan berambut hitam legam dengan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun