Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Malam Pengakuan (bagian 15)

10 Juli 2023   13:27 Diperbarui: 12 Juli 2023   10:48 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada hal lain, hanya ada rimbunnya hutan; sepanjang mata memandang. Tidak ada seorangpun, tidak ada siapapun. Nath menatap ke segala arah, kembali berlari menyapu tebalnya dedaunan yang jatuh di tanah, gerisiknya menciptakan suara yang mengerikan. Tidak tidak tahu bagaimana dia ada di tempat itu. Terakhir yang dia lakukan hanyalah menutup mata untuk tidur.

Sepasang tangan mendadak muncul dan mencoba mencekik leher Nath. Bukan lagi membuatnya sulit bernapas, tapi menginginkan leher gadis itu patah. Tangan dingin yang keluar dari udara kosong yang berkabut;pucat dengan aroma begitu busuk.Berteriak namun tidak bisa---berbisikpun tak sanggup. Tangan itu mencekiknya kuat dan semakin kuat. Jari-jari itu tepat mencegat jalan udara di tenggorokannya. Napasnya hampir habis. Berteriakpun percuma; suaranya tak keluar dan tidak ada seorangpun di sana.

Ayah, tolong ....! Nath berbisik dalam ketidakpastian.

Dalam sekejap, sebuah cahaya putih dan biru tiba-tiba muncul dari telapak tangan Nath. Apa ini? Nath melihat tangannya. Bercahaya dan mengeluarkan aroma vanilla yang lembut.

Sementara di lain tempat. Anna tengah terisak---bersedih. "Sadarlah, Nona?" Gadis itu mengguncangkan tubuh Nath. Mengusap pipinya dan menggenggam tangan pucatnya. Tubuh lemas dingin dan tidak berdaya.

Nath mendengar suara Anna. Tengah menangis. Jelas itu adalah dia. "Anna, tolong aku! Anna!" ucap Nath. Berharap Anna datang dan menolong secepatnya. Namun pelayannya itu tidak mungkin mendengar. Dia tidak mendengar apa pun. Semakin dia mencoba memanggilnya, semakin suaranya menghilang; semakin kuat juga tangan itu yang mencekiknya. 

Pandangannya kabur. Apa yang ada di hadapannya berubah jadi hitam. Gelap dan sempit, dia pun berpikir jika ini adalah akhir dari hidupnya.

Anna berteriak panik. Suaranya memenuhi seluruh ruangan. Noah yang mendengar suara Anna itu lalu berlari ke kamar Nath. Terlihat adiknya itu tergeletak di lantai dengan wajah pucat. Sedang Anna memeluknya cemas.

"Nath ...." Noah menggendog adiknya ke atas ranjang. Nadinya lemah. Badannya dingin namum keringat membasahi sekujur tubuh dengan bibir membiru.

"Tangannya semakin dingin, Tuan!" ucap Anna.

Noah lalu memegang tangan Nath. Memejamkan mata dan mencoba menyalurkan Mana elemen ke tubuh Nath.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun