Nath terdiam. "Nathan---" ucapnya lirih.
"Terima kasih, karena Anda masih mengingat saya dan masih menyimpan benda ini."
"Aku menyimpan benda ini selama sembilan tahun dan tidak ada yang aneh. Kalau benda ini memang bisa untuk berkomunikasi denganmu ..., kenapa kau baru menghubungiku? Apa kau membenciku?"
"Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak membencimu. Hanya saja, aku baru bisa menghubungimu jika aku sudah bertemu denganmu."
"Apa kita sudah bertemu?"
"Tentu saja."
"Kalau kau sungguh Nathan, apa cita-citamu waktu kecil?"
"Aku ingin menjadi kesatria. Dan sampai kita bertemu lagi."
"Tunggu---"
Suara itu menghilang bersama dengan lilin di kamar itu yang padam.Â
Nath berlari kesana kemari dengan tatapan ketakutan. Terdengar berbagai suara di telinganya. Bisikan-bisikan yang membuat gadis itu kehilangan arah. Mendengung dan bergema. Mencekik dan menghalangi udara memasuki rongga hidungnya. Suara yang aneh dan menyakiti telinganya. Bak lantunan doa mengutuk.