Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Winter Lily: Dansa Malam Debut (bagian 10)

6 Juli 2023   04:30 Diperbarui: 12 Juli 2023   10:38 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itupun tiba. Pertengahan musim semi yang hangat dengan aroma bunga memenuhi ruangan. Gaun-gaun yang cantik bertebaran---membalut para gadis-gadis cantik dari berbagai penjuru wilayah kerajaan Gradiana.

Mencoba menunjukan penampilan terbaik adalah hal utama. Gaun mahal dengan model terbaru; perhiasan yang langka, hingga parfum menjadi barang wajib lain yang harus mereka perhatikan sebelum mengikuti acara itu. Ini adalah perkenalan. Seseorang yang tidak pernah berbaur dengan pergaulan kelas atas, memulai debutnya di sini.

Nath datang bersamaan dengan masuknya pangeran Vederick ke ruangam pesta. Acara itu segera dimulai, para pelayan membagikan segelas minuman yang dibuat dari fermentasi bunga lilac dan anggur. Aromanya manis dan memabukkan mengisi ruangan itu. Penuh sesak hingga membuat aroma lain sulit berbaur. Ini adalah ritual wajib sebelum memulai acara itu. Sang Raja akan berdiri di singgasana dan mengangkat gelasnya.

"Kesejahteraan dan kemakmuran senantiasa bersama Gradiana." Gabriel meminum habis air dalam gelas kemudian diikuti oleh semua orang.

Musik telah dimainkan. Pangeran turun dari singgasana dan memilih satu dari puluhan gadis di ruangan itu untuk di ajaknya berdansa.

"Bolehkah?" Vederick membungkuk di hadapan seorang gadis dengan gaun merah muda. Wajahnya putih bersih seperti porselen. Langkahnya anggun dan sangat cantik. Gadis itu menerima uluran tangan Vederick. Wajahnya memerah, tersipu. Merekapun mulai gerakan  mengikuti alunan musik.

Seseorang bertubuh tegap dan gagah menghampiri Nath. "Maukah, Nona berdansa dengan saya?" laki-laki itu membungkuk dengan tangan kiri di belakang punggungnya dan tangan kanan di depannya menunggu disambut. Lelaki dengan aroma perapian dan sedikit aroma wine. Tidak ada tembakau yang menerobos dari embusan napasnya.

"Ah---!" Nath terkejut, namun dia tetap menerima ajakan itu. Tidak disangka ada seseorang yang mengajaknya berdansa. Dalam benaknya jika tidak ada yang mengajak, maka Noah atau Lucaslah yang akan berdansa dengannya hari itu.

Laki-laki yang mengajak Nath berdansa adalah Putra sulung keluarga Duke Noternham; Hazeel Noternham. Mempunyai wajah bulat telur dengan mata hijau cerah dan rambut putih, tampan dan idaman para gadis-gadis.

"Anda Nath, Putri Grand Duke Alexander, bukan?" tanya Hazeel di tengah-tengah dansa. Suaranya berat dan seksi.

"Apa saya harus memperkenalkan diri saya secara resmi, Tuan?"

"Tidak! Tidak sama sekali. Saya tidak menyangka jika Grand Duke mempunyai putri yang begitu cantik. Dan panggil saja saya Hazeel," pujinya sedikitpun tak membuat Nath tersipu.

"Terima kasih. Tapi sepertinya pujian Anda berlebihan," 

Musik berhenti. Mereka mengakhiri dansa dengan sempurna. Saling membungkuk. Hazeel meninggalakan Nath setelah mengucapkan terima kasih. Tidak ada lagi yang laki-laki itu ucapkan. Hanya diam di menit-menit terakhir. Apa ucapanku menyinggung laki-laki itu, pikir Nath. Atau dia memang menikmati gerakannya.

Suasana malam itu semakin meriah. Seorang laki-laki melangkah menghampiri Nath dengan segelas anggur di tangannya. Gadis itu sendiri---berdiri di antara orang-orang yang tengah berpesta.

"Apa Anda sangat suka anggur dari wilayah Selatan?" kata Artur membuka percakapan. Laki-laki itu meraih satu gelas dari meja. Aroma anggur menguap menjadi manis dan merah muda. Seperti perasaanya sekarang. Ada rona merah muda dan hitam pekat mengelilingi hatinya. Bersambut dengan rona abu-abu dari sisi gadis itu.

Nath menoleh. Mencari tahu siapa yang mengajaknya berbicara. "Saya tidak tahu kalau ini anggur dari Selatan. Saya hanya tahu kalau ini enak." Nath meneguknya habis. Anggur dalam gelasnya tak bersisa.

Artur tertegun. "Anda akan mabuk jika meminumnya seperti itu."

Nath menoleh. "Sungguh? Tapi ini sudah gelas ketiga saya?" ucapnya polos.

Artur tersenyum tipis. Dia percaya gadis di depannya sungguh menyukai rasa anggur itu. Aroma manis dan pahit bercampur menjadi satu kesatuan. Ini pengalaman pertama Nath dengan minuman beralkohol. Sebelum ini dia tidak mendapat ijin dari Duchess.

Artur mengusap sisa anggur di ujung bibir mungil Nath. Gadis itu terlihat merona. Entah mabuk atau sentuhan itu juga menyentuh hatinya. 

"Maafkan ketidaksopanan saya." Sebuah kalimat yang terkesan membuat laki-laki itu merasa bersalah padahal tidak.

"Tidak. Terima kasih," Nath tertegun.

Suara musik terus mengalun tanpa henti. Artur meletakan kembali gelasnya. Tanpa dicicip sedikitpun. Laki-laki itu lalu membungkuk. "Maukah Anda berdansa dengan saya?"

Nath menyambut tangan Artur. "Tentu," ucapnya lembut. "Sebuah kehormatan bagi saya menerima ajakan Anda." Menyambut uluran tangan itu. Keduanya kini terlarut dalam alunan musik. Tangan kanan Nath di pundak Artur sedangkan tangan kirinya terpaut dengan tangan kanan Artur. 

"Anda pandai berdansa." Laki-laki itu menatap mata Nath. Bola mata kedunya bertemu dalam sebuah kecanggungan.

"Pujian Anda berlebihan, Tuan. Gerakan Anda yang bagus. Saya hanya mengikuti saja."

"Bagaimana keadaan Duchy Carperia sekarang?"

"Carperia itu dipenuhi es dan salju. Dingin dan putih?"

Artur tersenyum. Lelaki itu dapat tersenyum ternyata. "Saya pikir Anda akan menjawab kalau Carperia itu tempat yang cantik, Anda dapat bermain salju sepanjang hari. Atau memetik aprikot kapanpun Anda mau."

"Apa Anda tidak suka dengan jawaban saya?"

"Tidak! Bukan begitu. Saya suka dengan jawaban Anda! Bahkan apapun yang Anda katakan."

"Apa Anda senang bercanda, Tuan? Karena kalimat Anda hampir saja membuat saya tertawa."

Artur menatap wajah Nath lebih dalam. Matanya yang bulat kecil dan pipinya yang memerah. "Panggil saya Nathan ..., " bisiknya. Tapi musik dan suara orang-orang membuat gadis di depannya itu tidak mendengar. 

Musik berhenti. Nath segera menjauh dari Artur setelah memberikan hormat, "Tunggu---" Artur mencoba menghentikan Nath. Namun gadis itu melangkah begitu cepat dan hilang di balik barisan gadis yang berharap bisa berdansa dengannya.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun