"Maafkan ketidaksopanan saya." Sebuah kalimat yang terkesan membuat laki-laki itu merasa bersalah padahal tidak.
"Tidak. Terima kasih," Nath tertegun.
Suara musik terus mengalun tanpa henti. Artur meletakan kembali gelasnya. Tanpa dicicip sedikitpun. Laki-laki itu lalu membungkuk. "Maukah Anda berdansa dengan saya?"
Nath menyambut tangan Artur. "Tentu," ucapnya lembut. "Sebuah kehormatan bagi saya menerima ajakan Anda." Menyambut uluran tangan itu. Keduanya kini terlarut dalam alunan musik. Tangan kanan Nath di pundak Artur sedangkan tangan kirinya terpaut dengan tangan kanan Artur.Â
"Anda pandai berdansa." Laki-laki itu menatap mata Nath. Bola mata kedunya bertemu dalam sebuah kecanggungan.
"Pujian Anda berlebihan, Tuan. Gerakan Anda yang bagus. Saya hanya mengikuti saja."
"Bagaimana keadaan Duchy Carperia sekarang?"
"Carperia itu dipenuhi es dan salju. Dingin dan putih?"
Artur tersenyum. Lelaki itu dapat tersenyum ternyata. "Saya pikir Anda akan menjawab kalau Carperia itu tempat yang cantik, Anda dapat bermain salju sepanjang hari. Atau memetik aprikot kapanpun Anda mau."
"Apa Anda tidak suka dengan jawaban saya?"
"Tidak! Bukan begitu. Saya suka dengan jawaban Anda! Bahkan apapun yang Anda katakan."