Aku terkejut saat tiba-tiba seseorang di samping tolilet berdiri di belakangku, namun aku berusaha tetap tenang.
"Bukankah di depan sudah jelas tertulis jika ini toilet wanita?"
"Kamu masih saja judes, Sunny"Â
Wajahnya memang tidak banyak berubah, dia tetap tampan. Tapi suara dan tubuhnya sungguh tidak sama lagi sejak terakhir kali aku menatapnya.
"Mohon kerja sama dan bantuannya, Emm--"Â
"Panggil saja seperti biasa. Kamu tidak lupa namaku bukan?" tanya Brian.
Aku segera pergi meninggalkan laki-laki yang masih berdiri di samping pintu sambil menyilangkan tangan nya ituÂ
Butuh waktu bagiku untuk melupakannya, tidak terlibat apapun tentangnya dan tidak berjumpa dengannya adalah hal yang aku lakukan selama ini agar aku bisa lepas dari bayang-bayang nya.Â
Kini setiap pagi hariku di penuhi oleh aroma kopi yang baru di seduh dan wanginya pancake yang baru saja matang, atau harumnya aroma roti yang baru saja keluar dari panggangan. Dan tidak hanya itu, aroma tubuh laki-laki itu bagai candu bagiku. Aku selalu berdebar tiap kali aku berpapasan atau berbincang dengannya.
Bagaimana bisa aku lupa, bagaimana aku bisa, jika aku masih saja di sekitarnya bahkan dengan jarak yang sangat dekat.
Kau tak perlu melupakan ku, kau hanya perlu mengiklaskan aku. Karena mau sampai kapanpu aku tetap saja pernah jadi bagian dari hidupmu...