"Siapa?" ucapku memastikan.
"Brian. B-R-I-A-N, Briand" ucap Kath, "dia akan jadi partner kamu disini, jadi baik-baik lah sama dia." sambungnya.
Kath meminta ku datang untuk ini, dia akan segera menikah dan tidak akan lagi sibuk di kafe. Aku yang tanpa pengalaman ini, di paksa olehnya untuk menjadi manager disini.
"Kamu gila? Terakhir aku kerja aja sebagai editor. Mana mungkin aku bisa mengelola sebuah kafe."
"Makanya kamu itu harus bekerjasama dengan Brian."
Aku berkali-kali menarik nafas panjang. Ini tidak benar, sudah terlalu lama aku berusaha melupakan dia dan aku hampir berhasil.
Hari dimana aku harus mulai aktivitas baruku di mulai, aku berangakat pagi sekali dengan pakaian jogging, ini sama seperti sambil menyelam minum air. Aku memulainya sejak habis subuh sebelum jam 5 aku sudah keluar rumah dengan tas punggung yang cukup besar berisi baju ganti.
Haah... Haahh... Hahh...Â
Nafasku terengah-engah jelas ini tanda jika selama ini aku memang kurang berolahraga. Sejak bekerja aku hanya sibuk dengan kerjaan dan saat aku jadi pengangguran aku sibuk rebahan.
Aku sampai di kafe tepat pukul 05.30 ya masih satu setengah jam lagi kafe buka. Aku ganti bajuku dan merapikan lagi rambutku. Rambut panjang sebahu aku ikat dan coba cepol gar telihat lucu aku tambahkan jepit bergambar kupu-kupu. Aku melihat diriku yang lain di cermin. "Ini bukan aku? Sungguh" sanggah ku pada diriku sendiri. Bayangan di cermin sangat bukan aku. Perempuan dengan kemeja putih dengan rok selutut serta apron cantik berwana abu-abu menghiasi tubuh ku hari ini.
"Kenapa begitu lama,"Â