"Tester?" ucapku curiga.
Kath tertawa terbahak-bahak. Sungguh saat mode ini nampak jika kelakuannya tak seirama dengan penampilan nya. Dia selalu seperti ini mengajakku ke kafe nya dan menyandingkan semua produk baru ciptaanya baik itu minuman ataupun makanan.
Dia sangat suka menjadikanku kelinci percobaan nya.
Aku beruntung karena bisa mencicipi makanan atau minuman yang enak bahkan sebelum pelanggan mencicipinya, tapi aku buntung saat yang aku cicipi rasanya tidak bisa di jelaskan hanya dengan kata mengerikan.
"Nggak! Bukan."sanggahnya.
Kath pergi meninggalkan ku sendirian. Sekeliling mulai ramai, aku hanya duduk dan menatap orang berlalu lalang masuk ke dalam kafe. Ya, aku duduk di luar kafe dengan payung besar di atasnya.Â
Kliingg... Benda itu selalu berbunyi setiap kali seseorang membuka pintu. Orang-orang dengan segala kesibukan nya menyempatkan diri datang hanya untuk secangkir kopi atau roti lapis untuk mengawali pagi mereka.
Sekelebat aku melihat seseorang masuk, dia tinggi dan berpakaian rapi. Sekilas seperti orang yang ku kenal pikirku.
Kath datang dengan nampan dan secangkir teh chamomile aromanya semerbak bahkan sebelum Kath meletakannya di hadapan ku.
"Kamu udah ketemu?" ucapnya tiba-tiba.
"Siapa?" tanya ku.
"Brian."