"Baik ayah."
Tak kuasa menahan air matanya jatuh juga, Naira dengan kanvas di tangannya berlari pulang dan mengunci diri di dalam kamar hingga berhari-hari tanpa sedikit pun menyentuh kuas atau kanvas.
Berkali-kali Bayu datang untuk bertemu dan berkali-kali juga Naira menolaknya. Bayu yang kebingungan dengan sikap Naira yang tiba-tiba berubah itu nekat menaiki jendela kamar Naira.
"Nay ...!"Â
Itu adalah panggilan sayang yang Bayu berikan pada Naira. Namun Naira yang sedang berbaring itu tidak bergeming. Bayu melompat masuk dan mendekati tubuh Naira yang entah kenapa tampak kurus. Ini adalah hari ke 6 sejak gadis itu mengurung diri  dan tampak dia tidak menyentuh makanannya untuk hari ini. Sebuah roti dan susu di meja masih tampak rapi dan jelas tak Naira makan.
"Nay," Bayu mengusap rambut Naira untuk melihat wajah cantiknya. Naira terpejam wajahnya pucat dan terlihat lemah. Bayu mengguncang tubuh gadis itu namun tak ada respon, seketika Bayu berteriak panik.
Naira membuka mata setelah dua hari terbaring di rumah sakit, ada jarum menancap di tangannya dan ini bukan tempat tidurnya melainkan sebuah bangsal rumah sakit yang penuh dengan bau obat.
Dan sejak saat itu Naira menutup semua kenangan nya perasaan terhadap Bayu. Bayu pergi setelah mengantar Naira ke rumah sakit iya, begitu cerita yang Naira dengar hingga bertahun-tahun mereka putus kontak, jika Bayu pulang Naira akan pergi atau enggan jika di minta bertemu dengan seseorang yang pernah ia cintai setengah mati itu.
Dan hari ini, laki-laki itu datang lagi dengan membawa luka baru di atas luka lama yang belum sembuh. Ya, Bayu pulang dengan seorang perempuan yang dia sebut teman. Entah teman seperti apa yang ia maksud. Bayu yang kini sedang menitih karir sebagai jaksa tidak heran jika dia punya pasangan seorang jaksa juga, begitu batin Naira berucap.Â
Bayu hanya sebuah angin yang bisa dirasakan namun tak mampu ia genggam, datangnya seperti senja yang sekejap menyilaukan mata lalu pergi meninggalkan kegelapan.Â
@Umiyamuh30
21Oktober2020
END