"Karenanya, ayahmu menyelesaikan problem rumah tangganya sendiri, aku hanya bisa menyesali keputusannya, tidak punya kesempatan menyelematkan kamu,Ning," nada suara,Mbah Kung, penuh penyesalan.
"Semua sudah terjadi, Kung, tidak perlu kita bahas, aku baik-baik saja,"
"Bersyukur, ternyata kamu mampu mengalihkan frustasi ke arah yang positif, itu seperti obat yang ampuh sedikit demi sedikit menyembuhkan rasa sesal ku,"
Kalau kakek sudah mulai teringat masa lalu, aku musti mengalihkan topik, tak ingin berlama-lama terhanyut perasaan sedihnya.
Lalu datanglah, Mas Firman, bersamaan dengan mobil travel yang menjemput ku.
Disusul mobil lain di belakang nya, perlahan masuk ke halaman rumah.
Haa? Aku sedikit terkejut dan heran, itu mobil Husni, dan lebih terkejut lagi, ketika melihat siapa -siapa yang kemudian turun dari mobil itu.
Astagaa --mereka bertiga, Husni, istrinya dan anak laki-lakinya, mau apa ke sini?
Dengan langkah panjang, Husni menuju ke arah ku, aku semakin heran ditengah rasa dadaku yang bergemuruh.
Ketika sudah tepat di depanku, dia mengulurkan tangannya,"Ning, terima kasih banyak atas bantuanmu," katanya, aku sulit menerka, apa perasaannya.
Mau tak mau, ku sambut juga jabat tangannya, tapi aku menoleh ke Mas Firman dengan sedikit melotot. Pastilah dia .