Ada kalanya kami berburu buku ketika Gramedia cuci gudang .Sampai di rumah, kami membaca bersama, lalu bertukar bacaan.
Itu hanya sebagai contoh kecil. Intinya, kebersamaan itu walaupun dalam hal sederhana namun tetap ada, tidak asyik sendiri -sendiri, saling mengabaikan pasangan.
Sesekali kami keluar rumah, berboncengan motor seperti dulu masih pacaran.Kadang cuma putar-putar di alun-alun kota lalu ngopi di angkringan.
Hanya hal-hal sederhana tetapi dalam kebersamaan. Perasaan bahagia dan damai di hati, lebih bernilai maknanya.
Masak bersama, menu ala rumahan, tak harus mewah mengikuti resep yang aneh -aneh. Sedapnya sambal terasi dan lalapan kemangi dalam penyet lele. Sungguh telah mampu membalikkan kemesraan kami seperti di awal.
Lambat namun pasti, kesepian dan rasa sendiri itu tidak lagi saya rasakan.Kami menjadi lebih dekat secara fisik dan emosi. Tercipta kembali kemesraan yang nyaris sirna.
Segala masalah rumah tangga sebaiknya memang dibicarakan dan dicari jalan keluarnya bersama. Komunikasi jangan terputus agar hati tetap terhubung. Mencegah pengaruh dari luar menyusup, lebih riskan jika menimbulkan perselingkuhan.
Jika ada yang memilih jalan bercerai, jangan -jangan keputusan itu hanya emosi sesaat.Pada akhirnya menjadi penyesalan yang berkepanjangan.Terlebih jika sudah ada momongan.
Setiap keputusan yang kita ambil akan berimbas pada orang-orang terdekat kita, anak-anak yang masih harus dididik dan dibimbing.
Alangkah indah sebuah pernikahan, jika cinta dan kasih sayang masih ada di sana. Di hati pemiliknya.
Jadi, sebuah saran dari saya, hindari sedini mungkin 'lonely marriage ' duhai kawan-kawan ku, kompasianer.