Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kereta Api Dulu, Kini dan Nanti

19 Oktober 2024   10:59 Diperbarui: 19 Oktober 2024   11:02 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dokumentasi pribadi umisetyo 

PT KAI memperingati Hari Ulang setiap tanggal 28 september.

Dalam kolaborasi dengan Kompasiana kali ini, semoga belum terlambat untuk saya mengucapkan, "selamat Ulang Tahun KAI.ke-79."

Semoga selalu menjadi teman perjalanan yang nyaman dan berkesan. Tanpa henti berinovasi dalam mengembangkan pelayanan lebih baik kepada pelanggan.

***

Kereta Api identik dengan perjalanan. 

Perjalanan yang menyertai hidup saya dari masa remaja hingga menjadi orang tua.

Ketika itu, setelah lulus SLP saya melanjutkan pendidikan di Surabaya.Tatkala liburan saya pulang ke Banyuwangi. Selalu naik kereta api PP.

Dan tahukah anda kompasianer? Bagaimana perjuangan seorang pengguna kereta api jaman dulu.

Kereta Api Dulu.

 Masalah tiket. Harus antri, bahkan loket belum buka, antrian sudah mengular, bisa 2 jam lebih tuh, berdiri bengong, belum ada hp di genggaman, yang kita bisa buka-buka medsos untuk membuang jenuh seperti sekarang.

Kalau datang terlambat dan antrian sudah bubar, alamat dapat tiket tanpa tempat duduk. Nah.lo..

Tapiii...masih bisa lewat pintu belakang, dengan syarat, tambah harga dong! Atau beli di calo, lebih banyak nambahnya. Dan alamat juga uang saku menyusut.

 Masalah gerbong. Astagaa.. kereta masih akan 1 atau 2 jam lagi berangkat, tapi gerbong hanya tersisa beberapa saja yang masih kosong. Stasiun pertama padahal, pastinya di stasiun berikutnya dan berikutnya lagi penumpang akan bertambah terus dan terus di setiap stasiun yang dilewati.

Toiletnya? airnya hanya tersedia di ember, kalau itu habis, iya laki-laki tetap bisa kencing lalu plencing , alias kakus tidak disiram, akibatnya..? bayangin sendiri, semerbak baunya. Saya pilih menahan sampai tiba di tujuan.

Coba tebak bagaimana rasanya, dalam kereta yang penuh sesak, panas tanpa AC, pengap tersebab aroma menguar campur aduk, 7 jam perjalanan nanti. Syukur kalau tidak ada insiden yang membuat kereta datang terlambat.

Dengan aneka ragam semua itu, lalu, apakah saya kapok naik kereta api?

Ya enggak lah! Kenapa?

Faktor ekonomis, karena murah. Tidak ada alasan lain. Kalau naik bus ongkosnya dua kali lipat, sama juga berjubel penumpangnya.

Nih lihat, keseruan mau masuk gerbong.

sumber gambar Antara com.
sumber gambar Antara com.

Jaman itu jendela KA bisa dibuka dan ada saja orang yang gak sabar masuk lewat pintu. 

Lalu lihat juga dalam gerbong ini.

sumber gambar merdeka com 
sumber gambar merdeka com 
Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk rela tidur di lantai. Ini selalu terjadi saat liburan dan lebaran.

Dengan kondisi semua itu, saya tetap setia naik kereta api, wara-wiri Surabaya -Banyuwangi bertahun-tahun. 

Bukankah kereta api identik dengan perjalanan? yang pada waktunya akan sampai ke tujuan.

Setalah menjadi orang tua, anak-anak pun saya perkenalkan dengan kereta api, moda transportasi yang ramah di kantong.

Saya masih menyimpan beberapa tiket. Terakhir waktu naik KA ke Jogja bulan februari yang lalu.

sumber gambar dokumentasi pribadi umisetyo 
sumber gambar dokumentasi pribadi umisetyo 

Kini masa-masa penuh perjuangan itu tinggal kenangan, menjadi bahan cerita saya menulis Topik Pilihan Kompasiana berkolaborasi dengan PT KAI hari ini.

Pelan dan pasti Direktur KAI Bpk.Didiek  Hartantyo yang inovatif terus berbenah mengembangkan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan kereta api 

Sudah kita rasakan perubahan yang nyata.

Kereta Api Kini.

Tiket kini dijual secara online.Kita bisa membeli jauh hari sebelum hari keberangkatan, tidak ada lagi ceritanya tidak dapat tempat duduk.

Gerbongnya bersih, udara sejuk dengan AC, wangi pula. Pun toiletnya, air kran mengalir lancar, menyiram kloset tinggal kita tekan tombol. Ada wastafel kecil lengkap dengan sabun serta disediakan tissue.

Hp butuh dicas? Ada colokan listrik di bawah meja kecil dekat jendela. Dan disediakan kantong plastik tempat sampah, ada petugas yang akan mengambilnya.

Telah disediakan mushola, kita bisa ibadah dengan tenang.

Kereeen.. kini stasiun kereta api bagaikan bandara, kita musti chek in dulu minimal 1 jam sebelum keberangkatan. Dipermudah dengan telah tersedianya layanan face recognition boarding gate atau pengenalan wajah dalam proses boarding di stasiun.

Jika kita melakukan perjalanan jauh tidak perlu lagi mencetak tiket fisik e-boarding ataupun menunjukkan KTP.

Sungguh menyenangkan naik kereta api sekarang.

Hebatnya lagi, sebagai Direktur Utama KAI, Pak Didiek Hartantyo sangat bermurah hati memberi diskon pada momen tertentu.Misalnya dalam rangka merayakan Ulang Tahun kAI, tiket cukup dibayar 79 persen dari harga normal.

Nanti menjelang hari natal pasti ada diskon lagi. Menjelang hari raya juga begitu, Pokoknya pelanggan merasa dimanjakan sehingga kereta api menjadi pilihan utama tranportasi publik.

Dengan semua yang telah diupayakan oleh segenap jajaran KAI selayaknya kita sebagai pelanggan harus berterima kasih, caranya?

1. Menjaga kebersihan, dengan tidak membuang sampah di lantai.

2.Tidak merokok.

Kereta api kini telah berhasil menjadi Pioneer dalam penggunaan teknologi digital menjalankan bisnis. Yang dimulai sejak era Ignasius Jonan, semakin dikembangkan oleh Didiek Hartantyo selalu Direktur Utama KAI sekarang.

Terima kasih juga, Pak Didiek, KA Mutiara Timur kembali beroperasi mulai 1 september 2024 dengan rute stasiun Surabaya Pasarturi ke Banyuwangi. Banyak kenangan manis saya yang terukir bersamanya.

sumber gambar(Anara/KAI
sumber gambar(Anara/KAI

Bagaimana KA Nanti ? 

Saya berharap semoga Pak Didiek Hartantyo, ke depannya terus berinovasi dalam mengembangkan pelayanan.

Lewat tulisan ini saya usul, terkait mushola, bagaimana kalau disediakan kran buat berwudlu di dekat gerbong mushola. Atau bisa juga di toilet dekat mushola ditambah kran buat berwudlu.

Terima kasih sebelumnya.

---

Terakhir, saya ucapkan selamat kepada Pak Didiek Hartantyo atas suksesnya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara 44th ARCEOs Conference di Bandung pada tanggal 2-5 September 2024. Yang dihadiri oleh Para Petinggi, CEO, Operator kereta api se-Asia Tenggara.

sumber gambar ANTARA.
sumber gambar ANTARA.

Semoga sukses selalu, Pak Didiek Hartantyo.

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun