Kalau datang terlambat dan antrian sudah bubar, alamat dapat tiket tanpa tempat duduk. Nah.lo..
Tapiii...masih bisa lewat pintu belakang, dengan syarat, tambah harga dong! Atau beli di calo, lebih banyak nambahnya. Dan alamat juga uang saku menyusut.
 Masalah gerbong. Astagaa.. kereta masih akan 1 atau 2 jam lagi berangkat, tapi gerbong hanya tersisa beberapa saja yang masih kosong. Stasiun pertama padahal, pastinya di stasiun berikutnya dan berikutnya lagi penumpang akan bertambah terus dan terus di setiap stasiun yang dilewati.
Toiletnya? airnya hanya tersedia di ember, kalau itu habis, iya laki-laki tetap bisa kencing lalu plencing , alias kakus tidak disiram, akibatnya..? bayangin sendiri, semerbak baunya. Saya pilih menahan sampai tiba di tujuan.
Coba tebak bagaimana rasanya, dalam kereta yang penuh sesak, panas tanpa AC, pengap tersebab aroma menguar campur aduk, 7 jam perjalanan nanti. Syukur kalau tidak ada insiden yang membuat kereta datang terlambat.
Dengan aneka ragam semua itu, lalu, apakah saya kapok naik kereta api?
Ya enggak lah! Kenapa?
Faktor ekonomis, karena murah. Tidak ada alasan lain. Kalau naik bus ongkosnya dua kali lipat, sama juga berjubel penumpangnya.
Nih lihat, keseruan mau masuk gerbong.
Jaman itu jendela KA bisa dibuka dan ada saja orang yang gak sabar masuk lewat pintu.Â