Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasangan yang Akan Dikenang Sepanjang Masa, Pak Tjiptadinata dan Bu Rosalina

13 September 2024   13:37 Diperbarui: 14 September 2024   07:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya beruntung memiliki 2 buah buku ini.

Menjelang ulang tahun pernikahan yang ke 50, Pak Tjiptadinata Efendi dan Bu Rosalina, menghimpun 50 artikel dari 50 kompasianer dalam sebuah buku "SEMANGAT MATAHARI PAGI"

Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)
Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)

Buku setebal 256 halaman ini pertama kali terbit pada Desember 2015  oleh Penerbit Peniti Media yang digawangi oleh kompasianer Thamrin Sonata, sekaligus sebagai editor.

Pengantar oleh Pepih Nugraha.

Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)
Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)

Untuk buku ini saya akan kupas kemudian di lain hari, insyaallah.

---

Buku yang kedua adalah artikel yang ditulis Bu Rosalina di Kompasiana lalu dibukukan dalam 'PENJAGA RASA"

Buku setebal 154 ini terbagi menjadi 3 bab.

BAB 1 - Keluarga, 11 artikel.

BAb 2 -Jalan-jalan, 9 artikel.

BAB 3 -Sosial - 14 artikel.

Buku ini adalah cerita perjalanan hidup Bu Rosalina dan Pak Tjiptadinata Efendi.

Pada bab keluarga, Isinya, saya mengambil 2 point penting yang menjadi inspirasi bagi saya pribadi. Sudah saya terapkan dan Alhamdulillah, berhasil.

MENJADI ORANG TUA ASUH yang CERMAT dan TEPAT.

Ibu Rosalina adalah seorang guru yang mengajar di sekolah SMP dan SMA swasta.

Prinsip Bu Rosalina,"Tugas seorang guru bukan hanya memberi ilmu, tapi juga mendidik" Karena itu guru disebut sebagai Pendidik bukan Pengajar.

Dengan prinsip itu, gaya mengajar Bu Ros sedikit keras. Tidak peduli itu anak Ketua Yayasan sekalipun kalau tingkah lakunya sudah keluar jalur, Bu Ros akan memberi teguran dengan keras.Sementara guru-guru yang lain merasa segan.

Semua itu beliau lakukan demi kebaikan si anak itu sendiri.

Cerita tersebut beliau tulis di Kompasiana bukan untuk ditiru, melainkan sekedar memberikan paparan dan pengalaman sebagai guru selama kurun waktu hampir 20 tahun. Begitu Bu Ros menulis di akhir artikel.

HUKUM TABUR TUAI.

Dalam artikel yang lain, Bu Rosalina bercerita bahwa dari tahun 1970 s/d 1990,. setelah Pak Tjiptadinata buka CV Export hasil bumi, maka gajinya sebagai guru tidak diambil melainkan didonasikan untuk anak asuhnya.

Untuk memastikan uang yang dikeluarkan benar-benar dimanfaatkan demi kelangsungan pendidikan anak asuh, Bu Rosalina tidak pernah memberikan uang tunai kepada orangtua anak.

Melainkan dibayarkan langsung ke sekolah anak tersebut. Sehingga semua kebutuhan yang meliputi, pakaian seragam, buku, uang sekolah, semua tercukupi selama 1 tahun.

Bertahun -tahun telah berjalan. Karena saking banyaknya anak asuh, tentu saja Bu Ros tidak mengingat mereka satu persatu.

Namun anak-anak yang telah dibantu sudah tentu tidak akan melupakan jasa beliau.

Terbukti 11 tahun kemudian ada 2 anak asuh yang mengirim email, salah satunya seperti yang disertakan dalam postingan berikut.

Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)
Foto dokumentasi pribadi (umisetyo)

---

Cerita berlanjut.

Pada tahun 1991 Pak Tjiptadinata sekeluarga pindah ke Jakarta.

Setelah anak-anaknya dewasa, sebagai seorang wanita yang biasa bekerja, Bu Rosalina tidak bisa duduk manis sepanjang hari. Kemudian bekerja di Perusahaan Asuransi "Harmoni" yang berkantor di Jl.Suryopranoto.

"Kalau mau bergabung di mana pun jangan hanya sebagai pengikut, tapi harus proaktif " Ini prinsip Bu Rosalina ketika bergabung di asuransi.

Tantangan yang Bu Ros hadapi saat itu tidaklah mudah, mengingat baru pindah ke Jakarta dan di usia yang tidak lagi muda.

Namun itu bukanlah halangan untuk berprestasi, terbukti dalam waktu singkat sudah meraih "Champion Honour" selama 3 tahun berturut- turut.

Apa yang menurut orang lain tidak mungkin tetapi bagi seorang Rosalina "Nothing is impossible" 

Ini point pertama yang sangat penting bagi saya dan saya terapkan. Berhasil.(insyaallah akan saya bagikan di artikel tersendiri lain kali)

MENEMUKAN TITIK BALIK KEHIDUPAN.

Pada artikel ini, kembali Bu Rosalina berbagi cerita kehidupan, bagaimana prinsip seorang istri dalam mengambil keputusan.

Ceritanya, saat itu ketiga putra-putri beliau sudah berkeluarga. Bu Rosalina ingin kembali bekerja,bagi beliau, duduk sepanjang hari di rumah akan menjadi hari-hari yang membosankan.

Sudah ada perusahaan besar dan bonafide akan menjadi tujuan, namun tantangan yang Bu Rosalina hadapi kali ini lebih sulit.

Pengalaman mengajar SMA di bidang exacta sama sekali tidak ada kaitannya dengan pekerjaan itu.

Tetapi beliau bukan tipe orang yang mudah menyerah, apalagi sudah mengalami segala macam penderitaan dan kesulitan selama belasan tahun.

Apa artinya kesulitan untuk belajar?

Berkat upaya dan kerja kerasnya, serta doa yang tak henti, karier beliau pun menanjak, bahkan hingga ke puncak. Menerima Award "Champion Honor" dari kantor pusat, berhak mendapat libur 10 hari ke luar negeri bersama suami.Semua biaya ditanggung perusahaan.

Saat-saat itu, serasa uang mengalir begitu cepat menambah angka-angka pada rekening tabunganku ( begitu Bu Ros menulis) 

Tetapi hidup rupanya tidak selalu mulus dan nyaman.

- jeda sejenak -tarik nafas dalam -dalam.

Saya membaca bagian ini dengan perasaan yang campur aduk.Membayangkan andaikata itu diriku.

Perasaan ikut terhanyut seakan turut mengalami pergolakan batin yang beliau rasakan.

Jadi, saat Bu Rosalina sudah sampai di puncak kejayaannya sebagai wanita karier Beliau dihadapkan pada keputusan yang sulit.

Ceritanya, Pak Tjiptadinata yang adalah Master Reike berkeinginan untuk melakukan perjalanan dari kota ke kota di seluruh Indonesia. Pak Tjip bertanya " apakah kau ikut bersama atau ingin tetap bekerja dan berjalan sendiri?"

Bu Rosalina minta waktu 1 minggu untuk berpikir. Selama 3 hari tidurnya selalu dalam kegelisahan. Pun setiap hari berdoa secara khusus agar Tuhan memberi pencerahan, jalan mana yang lebih baik untuknya dan suami.

Lalu, setelah melalui pemikiran dan perenungan mendalam, beliau mengambil keputusan. Segera mengajukan pengunduran diri dari perusahaan. 

Tentu saja Pimpinannya terkejut dan memberi saran agar berpikir ulang.

Tidak, bagi Bu Rosalina, sekali sudah memutuskan, tidak akan menoleh ke belakang lagi.

"Bagiku, kebahagiaan terbesar adalah hidup di samping suamiku" 

"Setiap keputusan selalu mengandung resiko, dan aku sudah memutuskan untuk mengambil resiko itu.(saya kutip persis seperti yang yang ditulis Bu Rosalina).

Bertahun -tahun perjalanan itu hingga sampai menjelajah 100 kota di seluruh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke Bersama suami dalam suka dan duka. Mendampingi dengan sepenuh cinta.

Banyak temannya yang mengatakan bahwa Bu Rosalina telah salah memilih jalan hidup. Tetapi jawaban beliau, "ini adalah hidupku dan aku tidak akan membiarkan orang lain menentukan jalan hidupku."

"Karena bagiku, kebahagiaan terbesar dalam hidupku, adalah hidup mendampingi suami tercinta, melampaui segala kemewahan."

Demikianlah kawan-kawan kompasianer, sedikit ulasan yang bisa saya tuliskan 

---

Bu Rosalina dan Pak Tjiptadinata, beliau berdua ada teladan bagi kita yang mengenalnya. Tidak berlebihan jika saya menyebut beliau berdua adalah"Pasangan yang akan dikenang sepanjang masa"

---

Pelajaran hidup dari, "nothing is impossible "

Apapun itu, jika didasari oleh tekad yang kuat, dilakukan dengan kerja keras, diiringi doa tak henti, Insyaallah Tuhan akan membuka jalan sukses.

Pada setiap keputusan yang kita ambil, senantiasa mengandung resiko. Dan ambillah resiko itu. Karena tanpa itu, kita hanya seperti berjalan di tempat. Sementara orang lain sudah berlari kencang.

Wassalam.

Kepada Pak Tjiptadinata dan Ibu Rosalina, saya mengucapkan Selamat Menjelang Ulang Tahun Pernikahan yang ke 60.

Teriring doa setulus hati, semoga Bapak dan Ibu senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Pengasih lagi Penyayang.

Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun