Pengendara yang melakukan pelanggaran lalu lintas akan ditilang dan mendapat sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Saat penilangan, pelanggar dapat memilih untuk menerima kesalahan dan memilih untuk menerima slip biru, kemudian membayar denda di BRI terdekat dan mengambil dokumen yang ditahan di Polsek tempat kejadian, atau menolak kesalahan yang didakwakan dan meminta sidang pengadilan serta menerima slip merah.
Tanggal 7 Juli 2020 yang lalu saya bermaksud mengambil barang bukti tilang berupa SIM di Kejaksaan Jakarta Pusat. Karena bukti tilang berwarna biru dan sudah kedaluarsa, maka saya tidak ke pengadilan untuk sidang, tetapi langsung menuju lokasi Kejaksaan Negeri terdekat dengan TKP penilangan yaitu di Kemayoran.Â
Saya pun segera berangkat ke Kejaksaan Negeri, akan tetapi saya harus menelan kekecewaan karena ternayta selama corona, loket pengambilan barang bukti TUTUP.
Ternyata, selama corona berlaku sistem delivery order via whatsapp, dan barang bukti tilang pun akan diantarkan langsung ke rumah masing-masing oleh Pak Pos. Seandainya saya tahu, tentu saya tak usah repot-repot mendatangi Kejaksaan Negeri. Tinggal duduk manis di rumah dan SIM pun akan datang sendiri hanya dengan membayar biaya antar Rp. 17.000,-.
Oleh karena saya belum membayar denda via BRI, saya pun mendatangi loket Bank Mandiri yang lokasinya berdekatan dengan gedung Kejaksaan Negeri.Â
Perlu Sobat Kompasianer ketahui, jika menyetorkan denda melalui BRI (BRIVA), maka angka yang disetorkan adalah denda maksimal yaitu Rp. 500.000,- sedangkan jika membayarkan di loket bank Mandiri ataupun Kantor Pos, kita hanya membayar denda sesuai dengan 'dosa' yang kita lakukan.Â
Kebetulan dosa suami saya saat kena tilang dikenakan hukuman denda Rp. 150.000,- untuk mobil karena melanggar marka jalan. Â Sedangkan untuk teman seperjalanan saya yang motornya ditilang hanya dikenakan denda Rp. 80.000,- Setelah membayar denda kami pun menuju lokasi pengambilan SIM di loket kantor Pos Besar Lapangan Banteng.Â
Saya yang dengan pedenya berangkat dari rumah di Jakarta Selatan menggunakan Trnsjakarta pun sangat bersyukur karena mendapat tumpangan ke lokasi yang dituju. Apesnya, sang pengendara tidak membawa helm serep, jadi saya terpaksa turun di dekat gedung pengadilan dan meneruskan perjalanan dengan naik ojek.
Akhirnya saya berhasil sampai di loket kantor pos yang dituju. Setelah memfotokopi dokumen yang harus diserahkan di lantai bawah, saya pun berhasil mendapatkan resi pengambilan SIM yang akan diantarkan oleh Pak Pos ke rumah saya dalam waktu dua minggu ke depan.Â
Nah, daripada Sobat Kompasianer bingung dan ribet saat hendak mengambil barang bukti tilang seperti saya, silakan ikuti langkah-langkah di bawah ini (COD hanya berlaku untuk wilayah DKI Jakarta):
1) COD
Jika TKP tilang di wilayah Jakarta Pusat, bisa COD dengan melakukan pemesanan melalui pesan whatsapp di nomor WA 0859 5463 3908 pada pukul 09.00 -- 12.00.
2) Loket Pos
Jika TKP tilang di wilayah selain Jakarta Pusat, datangi Kantor Pos Pusat Jakarta Selatan, Jakarta Utara, atau Jakarta Barat. Datangi loket yang tersedia untuk pembayaran denda tilang dengan menyerahkan bukti tilang berwarna biru, lalu pindah ke loket penyerahan bukti tilang dan bukti bayar. Jangan lupa untuk memfotokopi KTP, bukti bayar dan bukti tilang, lalu pindah ke loket pengambilan barang bukti tilang. Serahkan bukti tilang asli, bukti bayar dan foto kopi KTP.
Poin 1) juga bisa dilakukan di wilayah Jakarta Selatan, Utara dan Barat. Akan tetapi, nomor WA-nya harus dilihat dulu di depan loket Kejaksaan Negeri setempat. Ini tentu makan waktu, bukan? Setelah selesai, barang bukti tilang berupa SIM atau STNK akan diantar oleh petugas pos ke alamat yang kita berikan selama kurang lebih dua minggu.
Semoga informasi ini berguna untuk teman-teman yang kena tilang saat pandemi, jangan sampai mengalami nasib seperti saya, yang harus berputar-putar Jakarta seharian hanya untuk mengambil barang bukti tilang. Jika sedari awal saya sudah mempunyai informasi yang jelas seperti ini tentu akan sangat terbantu.Â
Yang jauh lebih penting, selalu patuhi tata tertib berlalu-lintas dan utamakan keselamatan. Ingat, pelanggaran sekecil apapun hanya akan menyusahkan diri sendiri, keluarga, dan pengguna jalan. Seperti saya yang harus kelelahan mengurus tilang demi menanggung dosa pelanggaran suami saya hehehe.
Salam,Â
(uss)
Sumber gambar: 1
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H