"Wah, ide yang bagus, tuh, Kangmas! Tapi si Bram diajak ya?" sahutnya manja.
Waduuhh, kalau ngajak dia bukan liburan namanya, yang ada aku bakalan dicuekin, lalu makan ati, terus jantungan! Umpatku kesal, tentu saja masih dalam hati.
Arrggh! awas kau Bram! Tunggu pembalasanku! Ancamku. Tentu saja aku hanya berani mengancamnya dalam hati, karena pasti Shinta akan membelanya mati-matian. Aku harus menyingkirkan Bram! Rencananya harus benar-benar rapi, agar tidak tercium oleh istriku!
***
Akhirnya kami jadi liburan ke villa di tepi pantai. Shinta, si bungsu, dan tentu saja Bram, semangat sekali. Untuk menyenangkan hati istriku tercinta aku menawarkan untuk mengadakan pesta barbeque kecil-kecilan, nyate-nyate, dan aku yang akan memasak semuanya. Shinta yang suka sekali makan sate menyambut usulanku dengan antusias.
Malam Minggu di tepi pantai, di bawah temaram cahaya bulan, kami melahap sate hasil karyaku, nikmat sekali. Untuk sementara Shinta melupakan Bram. Kali ini rencanaku pasti berhasil! Aku tersenyum puas.
"Wah, baru tahu aku, kalo Kangmas jago masak sate!" pujinya sambil memasukkan sate ke mulutnya yang belepotan bumbu kacang. Kalau ngak salah itu sate yang ke-20!
"Beneran, nih, satenya enak?" tanyaku kurang yakin.
"Beneran! Mak nyuss!"
"Tentu saja enak! Apalagi si Bram yang aku sate!" sahutku puas.
"Apaaa! Jadi yang aku makan ini Bram Stoker, kelinci kesayanganku?" Shinta menjerit histeris, ia memukul dadaku membabibuta.