"David, buku apa yang dibaca Sheila terakhir kali?"
"Sepertinya novel Dan Brown. Dia fans garis keras Profesor Langdon."
"Langdon? Siapa dia?"
"Tokoh di novelnya. Mosok kamu nggak tahu?" Wajah David yang kuyu kini terlihat semakin menjengkelkan.
Astaga! Betapa bodohnya aku. "Kalau begitu cari semua novelnya dan bawa kepadaku! Cepat!"
Kami pun mengelilingi seluruh sudut rumah dan memeriksa deretan buku di rak. Tak satu pun memberikan petunjuk seperti yang dimaksud. Saat nyaris putus asa, mataku menatap sebuah buku yang tergeletak manis di atas meja makan. Aku menyambar novel berjudul 'Digital Fortress' itu dan segera membuka tepat di halaman yang ditandai.
"Sandi Caesar! Ini pasti sandi Caesar! Ayo kita cocokkan!" David menyusulku berlari ke kamar Sheila setelah berhasil mendapatkan buku catatan dan pulpen di dekat pesawat telepon.
Seperti di dalam novel, huruf-huruf tanpa makna di cermin berjumlah 64. Julius Caesar selalu menulis sandi dalam bentuk persegi. 64 artinya 8x8.
"Coba tulis ulang yang rapi per delapan huruf!" Aku memberikan instruksi yang segera dilakukan dengan cepat oleh David. Ia menyusun rangkaian abjad itu delapan huruf ke kanan sebanyak delapan baris.
T U L A T P K N
O F A M A O P P