Karena tak ada satu pun yang mau menemani ke kamar mandi, aku akan minta tolong Kak Yumna. Kamar mudabbirah lantai satu terletak paling ujung, dekat jalan menuju kamar mandi. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui nih. Aku akan pura-pura minta diajari bahasa Arab biar bisa sekalian minta antar ke kamar mandi.
"Kak Yumnanya lagi ke kamar mandi, Nayla. Susul aja," ujar seorang santri perempuan bergamis hitam dan berkacamata yang membuka pintu - tanpa menanyakan keperluanku mengetuk kamar - sambil mengacungkan jempolnya ke arah kamar mandi.
Setelah mengucapkan terima kasih, aku bergegas menyusul ke deretan kamar mandi yang kurang lebih berjarak seratus meter. Malam semakin gelap dan dingin. Bulan bulat semurna yang tergantung di langit tiba-tiba menghilang tertelan awan.
Suasana pondok menggigil dalam belaian angin malam yang bertiup cukup kencang dari arah perbukitan di kejauhan. Bunyi serangga berdenging memutari kepala ditingkah suara-suara aneh binatang malam yang belum pernah aku dengar di belantara beton Jakarta.
Tanpa perlu mencari lebih lama lagi, aku menuju kamar mandi di tengah. Kak Yumna pasti di sana, karena hanya ruangan sempit itu yang lampunya menyala dan pintunya tertutup. Dari dalam terdengar bunyi air mengalir dari kran, gemercik jatuh di bak mandi.
Aku segera masuk ke kamar mandi di sebelahnya. Karena tidak membawa gayung seperti biasanya, aku pun berteriak ke kamar mandi sebelah untuk meminjam gayung.
"Kak, pinjem gayung!" Sepi. Hanya suara gayung yang sedang menciduk air dari bak mandi. Oiya, lupa kata kuncinya. Dia kan seksi bahasa, jadi harus memakai bahasa Arab. Duh, bahasa Arabnya gayung apa ya?
Aku memutar otak, berusaha mengingat deretan kata di kamus saku bahasa Arab yang biasanya selalu aku simpan di kantong gamis.
"Kak, pinjem mighrofah-nya dong." Aku menggedor dinding penyekat antar bilik kamar kecil ini. Berhasil! Sebuah gayung berwarna merah terulur dari atas dinding penyekat. Bergegas aku menyambutnya dan menyelesaikan hajatku untuk buang air kecil. Huft, nyaris saja terjadi kebocoran di celana.
Setelah urusan paling penting di dunia itu selesai, aku keluar kamar mandi dan menunggu Kak Yumna di depan kamar mandi sebelah. Pintu masih tertutup dan kran air masih menyala.
"Kak, buruan! Udah ngantuk, nih!" Kuketuk pelan pintu kamar mandi. Sekali, dua kali, tiga kali, tak ada jawaban.