"Kalau besok aku tak muncul, itu artinya aku terbunuh!"
Bergidik kubaca berkali-kali pesan yang masuk ke kotak chat facebook-ku. Ah, pasti dia cuma bercanda. Atau ini hanya semacam tes terhadap reaksiku untuk bahan novel thriller berikutnya?
Dede Maheswara memang terkenal sebagai seorang penulis novel thriller yang brilian. Bahkan dia dijuluki sebagai Grisham-nya Indonesia. Novel-novelnya banyak mengusung kasus pembunuhan para petinggi negara, tokoh politik, bahkan pernah membongkar skandal seorang politisi. Oleh karena itu, nyawanya sering terancam.
Semoga saja pesan yang ia kirim hanya bagian dari riset. Tapi, sebentar ... ini dikirim kemarin. Yah, kemarin. Ya Tuhan ... kalau benar ... berarti saat ini nyawanya sedang terancam?
Sontak kuhubungi telpon rumahnya. Tak ada jawaban. Telpon gengamnya pun tak aktif. Jangan-jangan... Kulirik arloji. Hampir pukul satu pagi. Sialan! Apa aku harus ke apartemennya malam ini juga untuk memastikan ia baik-baik saja. Jangan-jangan si playboy itu malah sedang asyik melewati malam bersama cewek-cewek di klub malam. Lagipula apartemennya cukup jauh dari sini. Pun mata ini sudah terasa berat. Ingin segera menumpahkan lelah di atas tempat tidur. Ok, aku putuskan besok saja ke apartemen Dede.
---
Deringan itu cukup keras untuk membangunkanku. Kusambar hape yang tergeletak di atas meja.
"Halo, kau sudah dengar berita pagi ini?" kata suara di seberang.
"Ini siapa?" tanyaku masih setengah sadar.
"Lodi. Sudah dengar berita hari ini kan?"
"Memang ada apa?" kukucek kedua mata. Kesadaranku mulai pulih. Baru pukul empat.