Tadi siang, rumah orang paling menyebalkan, si pembuat onar di komplek digerebek massa. Hal tersebut dipicu oleh banyak kejadian yang melibatkan dirinya dan seluruh warga.
Perempuan yang mendekati senja itu sering sekali mengganggu warga. Pernah dia menarik jilbab tante Koes yang sedang melaju di atas motor. Kemarin dia dan anaknya menyerempet motor dan memaki-maki Bu Chandra.
Beberapa bulan terakhir ini, dia juga melaporkan seluruh warga ke kantor polisi. Bahkan, asap yang keluar dari pembakaran sampah warga pun dia laporkan ke ketua RT.
Seluru warga sudah berkumpul dengan senjata masing-masing. Pak Samsul membawa galah, Pak Joko membawa cangkul, Pak Ketut membawa sabit, Om Ucok membawa golok, sedang ibu-ibu membawa panci, wajan, tampah, baskom dan sodet. Maklum mereka mau berangkat kerja bakti dan demo masak.
"Wooiii, Bu Siska keluar kalau berani! Hadapi kami!"
"Hajar saja!"
"Pukul!"
"Seret!"
"Tendang!"
"Bakar!"
Teriakan massa begitu mengerikan. Wajah-wajah beringas semakin merangsek mendekati pagar rumah. Semua warga mengacung-acungkan senjata yang dibawanya. Saya yang bersenjatakan kamera untuk mendokumentasikan demo tersebut bergidik seram.
Tiba-tiba Bu Siska yang mengaku mudanya pemenang Tae Kwondo tingkat RT itu pun bergegas keluar rumah dan berkacak pinggang di depan warga, tapi tentu saja dbalik pagar rumahnya yang tinggi. Persis seperti tahanan di balik jeruji. Dengan pongah dia menantang warga.
"Emang talian tiapa eyani adepin taya, hah???" teriaknya dengan mata melotot, tangan kiri di pinggang, dan tangan kanan menunjuk-nunjuk.
Tiba-tiba, dari barisan warga yang berdemo terdengar suara cekikikan, semakin lama semakin ramai. Semua orang tertawa riuh. Ternyata perempuan garang itu lupa memasang gigi palsunya. Menyadari hal itu, dia pun berbalik masuk kembali ke rumah. Warga pun bubar, sambil tetap tertawa riuh rendah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H