Di Balik Kisahnya
Seperti halnya tanaman, manusia tidak matang dan dewasa di usia yang sama. Begitulah yang dirasakan oleh Bu Tatik, seorang guru Bahasa Indonesia yang sudah sembilan tahun mengabdi di sebuah sekolah swasta tingkat SMP di Kota Samarinda. Bu Tatik termenung ketika melihat hasil latihan soal siswanya yang beraneka ragam. Dahinya mengerut. Tangannya terhenti ketika ia mengoreksi tugas siswa bernama Andira, seorang siswi Kelas IX D yang terkenal pemalas. Selain pemalas, hal aneh juga sering dialami oleh Andira. Andira kerap mimisan saat pembelajaran. Hal itu menyebabkan ia menjadi jarang masuk sekolah.
Selain guru Bahasa Indonesia, Bu Tatik juga wali kelas Andira. Jika sedang tidak mengajar, ia selalu mengamati keseharian siswanya di kelas. Ada saja tingkah yang membuat dirinya harus beristighfar setiap hari. Tidak sedikit laporan tentang tingkah laku muridnya yang disampaikan oleh rekan gurunya setelah mengajar di kelasnya. Hal itu selalu membuatnya mengelus dada.
“Aduh, Bu Tatik. Saya titip pesan untuk Bayu ya, Bu. Tadi di pelajaran saya tidur sampai pelajaran habis, Bu.” keluh Pak Dayat, guru PKN di kelasnya.
“Oh, Baik, Pak. Nanti saya nasihatin Bayu. Terima kasih informasinya.” jawab Bu Tatik menahan amarah. Wajahnya seketika memerah seperti ingin menerkam mangsa.
“Nah, si Bayu ini kebiasaan tidur di kelas, Pak. Di pelajaran saya juga sering begitu. Makanya nilainya juga selalu rendah,” timpal Bu Reno, guru Pendidikan Agama Islam, guru yang paling sepuh di sekolah.
Tak hanya itu, beberapa guru juga mengeluhkan tentang kondisi kelasnya Bu Tatik. Terlebih lagi jika mengajar pada siang hari, kelasnya terasa sangat panas dan pengap. Hal itu membuat para siswa menjadi kurang kondusif belajar. Beberapa siswa juga pernah dilaporkan membolos karena kurang nyaman dengan kelasnya.
Bu Tatik merenungi segala hal yang dilaporkan oleh rekan kerjanya tentang kondisi kelas dan tingkah laku siswanya yang beragam. Dalam benaknya, ia memikirkan berbagai macam cara agar siswanya dapat belajar dengan tenang tanpa ada keluhan dari para guru.
Dalam lamunannya, Bu Tatik teringat kepada seorang siswi bernama Andira, siswi yang selalu menjadi buah bibir di ruang guru. Bu Tatik mengingat-ingat apa yang telah dilaporkan oleh rekan-rekan guru tentangnya. Ya, tentang Andira yang pemalas dengan kondisinya yang sering mimisan saat mengikuti pembelajaran.
Siang itu, tepat pukul 13.00, Bu Tatik mengajar di kelasnya. Saat itu, ia mengajarkan materi Teks Pidato Persuasif. Seluruh siswa yang telah menyelesaikan naskah pidatonya akan bersiap maju berpidato di depan kelas, kemudian siswa lain bertugas memberikan penilaian terhadap penampilan temannya. Supaya adil, Bu Tatik mulai melakukan undian untuk mengurutkan siapa yang akan maju untuk berpidato.