Dulu saya pernah membaca sebuah artikel yang mana terdapat poin yang tak saya mengerti. Artikel tersebut merupakan bagaimana cara untuk menambah rasa bahagia, dan di poin terakhir terdapat kata volunteering. Kata yang membuat saya mengerenyit, kok bisa dan hubungannya apa?Â
***
Saya selalu penasaran, bagaimana orang-orang mendapatkan kekuatan dalam menjalani hidup. Terutama ketika memasuki krisis di usia tertentu, di masa-masa yang tidak mudah, saat pengambilan keputusan penting dalam hidup, atau sesederhana (yang tidak sesederhana itu) menjalani kehidupan dari hari ke hari. Tentu saja hal ini bisa dijawab dengan beberapa pilihan jawaban dalam bentuk alasan; untuk keluarga, untuk orang tua, untuk kesejahteraan hidup yang lebih baik, untuk membalas suatu kebaikan, dan seterusnya, serta yang terakhir bisa juga melalui; mendapatkan kebaikan dari orang yang tak dikenal.Â
Ada suatu masa di hari Minggu, rantai motor saya lepas di perjalanan ke suatu tempat. Saya coba mencari bengkel-bengkel terdekat, yang ditemukan nihil karena hari Minggu biasanya libur. Matahari sudah tepat di atas kepala dan saya membawa laptop dalam tas dan terasa cukup berat, masih berjalan mencari siapa tahu ada bengkel kecil yang tak bisa saya temukan berdasarkan Maps. Bertemulah dengan seorang bapak baik hati yang memiliki bengkel kecil-kecilan di pinggir jalan.Â
Saya kemudian menanyakan apakah bisa memperbaiki masalah pada sepeda motor saya, dan dijawab dengan kemungkinan bisa. Saya meminta izin untuk mengambil motor di tempat yang saya tinggalkan dengan terlebih dahulu memesan ojek online, karena sudah berjalan dengan jarak lumayan.
Lantas, si bapak justru menawarkan untuk membonceng saja dengan motornya dan membawa beberapa peralatan. Motornya sudah tua dan harus berhati-hati, namun tetap bisa berjalan sampai tujuan. Kala membonceng, saya teringat ketika masa-masa sekolah diantar ayah---rasanya masa- masa tersebut sudah lama betul. Oh, ternyata saya sudah tumbuh menjadi perempuan berusia dewasa, sudah lama bukan anak remaja lagi. Kemudian sampai, lantas motor saya diperbaiki dengan waktu yang tak lama. Kami lalu berpamitan, dan saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih sembari mengucap  semoga banyak pelanggan yang mampir di bengkel kecilnya setiap hari.Â
Saya mengucap life is indeed good, life is indeed good berkali-kali di hari itu, bukan kelegaan perihal menemukan bengkel dan motor kembali berfungsi melainkan bertemu beautiful soul. Orang baik ternyata masih ada, dan memang akan terus ada walaupun tidak kita kenal sebelumnya. Dari sini, timbul kekuatan untuk bisa berbuat baik sebagai balasan, sekecil apapun itu. Saya lantas mengingat kebaikan beberapa orang yang selalu teringat sampai saat ini, hal itu karena datang saat tak disangka-sangka.Â
Misalnya ketika meminta bantuan petugas bagian kampus untuk urusan administrasi mahasiswa semester banyak, justru sangat dimudahkan padahal masa masih pandemi. Kemudian kami malah bercakap-cakap, ada perasaan relieving di dalamnya seperti teman lama yang sudah lama tak mengobrol. Obrolannya sederhana saja, namun entah mengapa memberikan saya kelegaan di tengah rasa cemas.Â
Saya mengingat ketika guru wali kelas di SD memberikan kepercayaan pada saya untuk mengikuti lomba. Kala itu, saya memang selalu masuk ranking 3 besar, namun yang diikutkan lomba anak itu-itu saja. Sebenarnya saya tak masalah untuk ini, maksudnya bukan ada rasa iri atau terlupakan. Hingga akhirnya bertemu waktu dan orang yang tepat itu barulah kesempatan itu datang. Saya merasa terlihat dan ada orang di belakang yang mendukung dan memberi kepercayaan pada saya, bahkan di kala saya menawarkan teman yang biasa ikut lomba saja yang mewakili.Â
Hal itu bersamaan juga diberikan pada anak-anak yang memiliki peringkat bawah untuk mengikuti lomba yang bertemakan minat bakat, bukan hanya mata pelajaran. Semuanya mendapatkan kesempatan sesuai dengan potensi yang dilihat. Kejadian ini sudah belasan tahun lalu, namun teringat sampai sekarang. Hal yang bisa jadi terlihat biasa, namun membekas sekali bagi saya.Â
Saya teringat pada guru bahasa Inggris yang memeluk saya erat-erat ketika memberitahu bahwa nilai ujian SD tertinggi se-Kecamatan. Saya teringat guru olahraga yang memberikan saya kesempatan memasukkan bola padahal jatah 3x kesempatan sudah habis, supaya nilainya tidak 0 saja. Saya teringat ada seorang yang mengirimkan direct message yang menyampaikan bahwa ia telah membaca tulisan blog dan mengucapkan terima kasih karena terbantu.Â
Saya teringat kasir minimarket yang ramah senyum dalam menyapa-saya tahu senyuman pada hari itu bukan sekadar SOP semata, saya teringat pada teman yang memberikan penguatan ketika dalam keadaan tak baik, dan sebagainya. Kebaikan bentuknya tak harus besar, namun selalu berhasil membuat hari tersebut menjadi lebih baik. Sesederhana ucapan apresiasi, memuji seperti "good job/doing well" bisa menaikansuasana hati dan awet seharian.
Bentuk-bentuk kelembutan dan kebaikan hati manusia ini juga membuat percaya atau lebih percaya kembali pada hidup, dan mendapatkan penguatan dari sana. Saya juga percaya kebaikan ini dapat menular, estafet dari satu ke yang lainnya. Saya setuju juga dengan ungkapan; kebaikan yang kita berikan nantinya akan kembali pada diri kita. Terima kasih banyak banyak, untuk orang-orang yang telah memberikan kebaikan-kebaikan ini pada saya.Â
***
Dulu saya mengira bahwa volunteering ini sebatas kegiatan tanggung jawab secara sosial atau kontribusi. Saya tak tahu bahwa volunteering juga dapat menimbulkan rasa bahagia dan penuh dari dalam. Kini saya tahu jika kebaikan tanpa pamrih tersebut yang beresonansi memberikan kebahagiaan. Kebahagiaaan tersebut dalam beragam bentuk; hati yang lapang, rasa persaudaraan yang kuat, perasaan cukup, suasana positif datang dari sana, sampai menemukan makna hidup pribadi yang lebih berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H