Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Rezeki

24 Mei 2024   02:55 Diperbarui: 24 Mei 2024   02:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tema yang disampaikan adalah tentang rezeki. Dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 6 disebutkan "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah -lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata".

Sebagai muslim seharusnya kita tidak perlu mengkhawatirkan tentang rezeki setelah memahami QS Hud ayat 6 itu. Namun sebagian besar dari kita, masih menilai kalau rezeki itu hanya harta dan materi saja. Padahal menurut Imam Ghazali rezeki itu terbagi menjadi empat.

Pertama, rezeki harta. Ini adalah tingkatan rezeki yang terendah. Kecenderungan manusia mencintai harta dunia. Manusia bekerja keras membanting tulang untuk mengumpulkan harta. Setelah harta terkumpul dan menjadi kaya raya, manusia berubah. Agar tidak gila harta dan menjadi sengsara sebaiknya kita selalu ingat kalau harta benda itu hanya titipan yang nantinya akan dipertanyakan "Hartamu darimana kau dapatkan dan kau gunakan untuk apa". 

Rezeki yang kedua adalah rezeki kesehatan. Banyak manusia abai dalam menjaga kesehatan, padahal nikmat sehat itu mahal harganya. Jangan sampai setelah sakit baru menyesal. Cara menjaga kesehatan badan dengan makan makanan yang bernutrisi, mengikuti pola hidup sehat, berolahraga. Menghindari hal-hal yang bisa menjerumuskan yang mengarah kepada kerusakan, misalnya merokok, mengubah ciptaan Allah. Menjaga kesehatan badan juga diimbangi dengan kesehatan jiwa. Dalam hal ini agama menganjurkan untuk selalu menjaga hati dari penyakit hati (seperti iri dengki, sombong), bersikap pemaaf, selalu berpikir positif dan memahami makna dua kalimat syahadat.

Rezeki yang ketiga adalah rezeki anak sholeh. Betapa banyak orang tua yang hidupnya bahagia karena anak, dan sebaliknya. Anak adalah investasi. Doa anak yang sholeh pahalanya akan terus mengalir meskipun orang tua sudah meninggal. Cara mendidik anak sholeh adalah dengan menjadi orang tua yang dermawan. Menurut riwayat, orang tua Imam Syafi'i sangat dermawan. Ayahnya semasa hidup sangat dermawan terutama kepada ulama, hingga meninggal saat Imam Syafi'i berumur 11 tahun. Dan hasilnya, Imam Syafi'i menjadi imam besar yang menjadi panutan hingga sekarang.

Rezeki yang ke-empat adalah ridho Allah. Hidup ini sudah diatur sedemikian rupa, ada suka ada duka, ada tawa ada air mata, silih berganti. Agar hidup kita mendapatkan ridho-Nya kita harus menjalani apapun fase hidup kita dengan ikhlas, tidak mudah mengeluh dan selalu bersyukur. Motto hidup yang diridhai Allah adalah "Disyukuri Dinikmati Dijalani". 

MasyaAllah tabarakallah, materi yang disampaikan KH. Syukron Djazilan ini sangat mudah dipahami. Beliau menyampaikan poin-poin dengan runtut dengan bahasa yang sederhana hingga jamaah manggut-manggut, mengerti apa yang beliau sampaikan. Setiap selesai menyampaikan satu materi beliau menanyakan kepada jamaah, apakah materinya bisa dipahami. Jamaah menjawab dengan ucapan, "saget" yang artinya "bisa".

Menariknya, selesai menyampaikan satu materi KH Syukron juga mengajak jamaah untuk melantunkan sholawat bersama-sama. Ini penting agar ada interaksi sehingga tidak membuat jamaah bosan dan ngantuk.

Alhamdulillah, bertambah lagi ilmuku hari ini. Jazakallah KH Syukron, semoga njenengan sehat walafiat selalu. Dan semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah oleh Allah, diberikan rezeki yang berkah manfaat di dunia dan akhirat. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun