Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Sederhana

2 Februari 2024   14:44 Diperbarui: 2 Februari 2024   14:56 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ibu sudah istikharah, memang masih satu dua hari ini ,sih. Meskipun begitu Ibu sudah yakin. Namun, ibu akan tetap istikharah, biar makin mantap," ucap Ibu Intan beberapa hari setelah Bagas ke rumah dan meminta ijin mendekati Intan.

"Kemarin Ibu mimpi, lho. Ibu melihat ayam jago masuk rumah, sudah diusir tapi tetap aja, nggak mau pergi. Ayam jagonya besar, bulunya mengkilat dan nyaring bunyinya," kata Ibu Intan saat Intan libur dan pulang ke rumah ibunya.

Intan merasa justru ibunya yang lebih antusias  mendengar lamaran Bagas ini. Lamaran, ya meskipun dengan cara yang teramat sederhana. Namun, bukan karena lamaran Bagas diungkapkan saat pulang kerja, saat Intan sedang capek. Bukan karena tempat yang teramat sederhana, hanya warung makan sederhana. Bukan juga karena tidak ada buket bunga atau cincin emas dalam kotaknya, bukan karena itu semua. Intan bukan perempuan matre yang mendewakan materi, meskipun kalau diungkapkan dengan lebih romantis, mungkin responnya akan sedikit berbeda.

"Untuk menikah, kan, ada banyak hal yang harus dipersiapkan." Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Intan, lalu dia menghela napas. Bagas tersenyum.

"Iya, nanti kita siapkan bersama-sama. Yang penting kamu setuju, dan kita tetapkan kapan hari baiknya." 

Intan mengangguk, dia hanya berpikir mungkin takdir segera menikah memang harus dia jalani  sekarang. Dia sudah dewasa, sudah bekerja, calon sudah ada, dan dengan menikah paling tidak, hilang satu kekhawatiran ibunya. Dan Intan merasa alasan terakhirlah yang membuatnya bisa membalas senyuman Bagas, dan melanjutkan makan siangnya yang tertunda.

*

"Tan, sudah tau belum? Kamu dapet undangan dari Eva." Ida, teman satu kamar kos-nya mengangsurkan undangan dusty pink yang masih tersampul rapi. Ida baru pulang kerja, saat Intan menonton TV di ruang tengah sambil melipat baju.

"Eva menikah? Kapan?" Intan membuka undangan itu, kemudian mengucap syukur. Eva teman seangkatan Bagas, dan sudah bukan rahasia lagi kalau Eva dan Bagas pernah begitu dekat. Bahkan beberapa kali Intan merasa cemburu melihat kedekatan mereka.

"Alhamdulillah, semoga Eva dan Danang menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, ya," ucap Intan senang. Ucapannya diaminkan oleh Ida, yang duduk di samping Intan sambil melepas jilbabnya, kemudian mengikat rambut panjangnya.

"Sudah lega, dong, sekarang. Ternyata cemburumu itu hanya cemburu buta saja, kan," kata Ida seraya memainkan bola matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun