"Jangan samakan dengan rumahmu yang luas ya, di sini serba terbatas, kalau gak mau dibilang sempit," kata Intan sambil menghidangkan minuman dan cemilan di atas meja.
"Itu kan rumah ibuku, kamu belum tau aja rumahku yang sekarang," jawab Arman tertawa. Intan sering berkunjung ke rumah orang tua Arman sebelum mutasi ke tempatnya sekarang.
"Nanti kalau mudik, sempatkan mampir ke rumah ya," ujar Alya. Orang tua Ardi---suami Intan---tinggal satu desa dengan Arman. Bahkan Ardi adalah teman sepermainan Arman.
"Tiap Sabtu malam, Mas Ardi selalu ke rumah ibu," kata Intan.Â
"Ada kerjaan kecil-kecilan sekaligus nengok orang tua," ujar Ardi.Â
Kemudian meluncurlah cerita Ardi, kalau semenjak pandemi dia punya kesibukan lain, selain pekerjaan tetapnya sebagai tenaga pendidik. Dia beternak kambing di desa. Niat awalnya hanya mencari alasan agar bisa sering mengunjungi ibunya sekaligus prihatin dengan anak muda di desanya yang tidak punya pekerjaan. Akhirnya Ardi membeli beberapa ekor kambing dan memberdayakan pemuda di desanya. Sampai sekarang peternakan kambingnya sudah berkembang pesat.
"Keren, Ardi, pasti senang rasanya punya kesibukan lain yang bisa menghasilkan cuan," komentar Arman salut.Â
Selama ini Arman juga ingin punya usaha sampingan, bahkan sudah memulainya, diantaranya: memelihara burung, budidaya anggrek dan tanaman hias, hingga melayani jasa perbaikan alat-alat rumah tangga. Semua usahanya itu mengalami pasang surut kalau tidak mau dibilang gagal. Semangatnya membara di saat awal mulai usaha, namun kebosanan dan menyerah saat usahanya sepi.
"Padahal sering pulang kampung, tapi gak pernah mampir ke rumahku. Mampirlah sesekali. Bapak ibu sehat, kan?" tanya Arman.
"Alhamdulillah sehat, yang sering pulang itu aku. Intan malah jarang, maklumlah dia sering anemia kalau kecapekan," jawab Ardi.Â
"Maklumlah, pengaruh usia juga," tambah Intan seraya tertawa.