Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batuk

12 Desember 2022   18:55 Diperbarui: 12 Desember 2022   19:28 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah seminggu Arya tidak masuk sekolah karena batuk. Semula aku mengira itu hanya batuk biasa yang disebabkan alergi makanan atau perubahan cuaca. Biasanya setelah beberapa hari akan sembuh sendiri. Apalagi kondisi tubuhnya sehat dan porsi makannya juga tidak berubah. Itulah yang membuatku merasa belum perlu membawanya berobat ke dokter. Aku memberinya obat batuk yang dijual di apotek. Tapi setelah seminggu minum obat, batuknya tetap membandel. Tidak ada perubahan apapun.  

Dan setelah satu minggu Arya tidak masuk sekolah, aku mulai khawatir, dia akan ketinggalan pelajaran. Tapi melihat kondisinya saat batuk, lebih menyedihkan lagi. Tidak perlu ada pemicunya, tiba-tiba batuk terus menerus, tidak ada jeda. Batuknya muncul sesekali tapi sekali batuk tidak berhenti sampai beberapa saat. Sampai Arya terlihat kelelahan. Seringkali saat batuk, terdengar seperti dahak akan keluar, tapi segera ditelannya kembali. Seperti saat ini, ketika selesai sholat Isya Arya mulai batuk lagi.

" Dek, tolong kalau dahaknya mau keluar, jangan ditelan lagi. Dahak itu yang membuat Adek terus-terusan batuk. Kalau dahaknya keluar nanti tidak akan batuk lagi." Berulangkali aku memberi pengertian, tapi tetap saja Arya menelan kembali dahak yang sudah dalam mulut.

"Aku takut keluar darah, Bu," alasannya. Dulu Arya pernah batuk disertai demam, saat batuk tiba-tiba keluar darah. Tidak banyak, tapi cukup membuat panik dan aku segera membawanya ke rumah sakit. Sempat menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Inilah yang membuat Arya trauma. Batuk darah dan rawat inap di rumah sakit.

" Minum, Bu," katanya kemudian. Aku segera mengambil segelas air hangat dan memberikannya kepada Arya. Saat dahak tidak bisa dikeluarkan dan batuk tidak berhenti, pilihanku satu-satunya hanya memberinya minum air hangat. Kadang rebusan air jahe hangat. Hanya agar tenggorokannya tidak kering dan dahaknya ikut tertelan. Setelah minum air hangat batuknya memang sedikit reda.

Wajah merah dan lelahnya terlihat menyedihkan. Aku menepuk punggungnya pelan. Arya kemudian berbaring dan ritual sebelum tidur pun dimulai. Aku mengoleskan vicks vaporoub di dada, leher dan punggungnya. Terakhir, balsam itu aku dekatkan ke hidungnya. Arya menghirup aroma khasnya yang melegakan. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sudah waktunya tidur.

" Dek... batuknya bandel, ya. Adek juga sudah seminggu tidak masuk sekolah. Kalau besok batuknya tambah parah, kita berobat ke dokter, ya?" Kataku sambil mengusap punggungnya.

" Aku pengen sembuh, Bu. Aku mau masuk sekolah lagi." Arya memelukku. Aku menarik nafas dalam-dalam, sedih dan prihatin.

" Batuk itu bisa dilawan sama tentara yang ada dalam tubuh kita, Dek. Namanya sel darah putih. Nah, agar sel darah putihnya kuat melawan batuk, Adek harus makan makanan yang bergizi. Harus mau makan sayur. Makan buah juga, ya?"

" Makan ayam juga?" tanyanya. Aku tersenyum, anak ini memang hobi makan ayam goreng.

" Iya, ayam juga. Tapi tidak boleh sering-sering. Harus ada variasi. Harus ada sayur dan buah, juga minum susu. Nah...Adek kenapa sekarang tidak mau minum susu?"

" Aku mau minum Milo."

" Baiklah, besok ibu buatkan Milo, ya. Sekarang Adek tidur. Tidur juga bisa menambah daya tahan tubuh." Arya mengangguk. Lalu memejamkan mata, aku menepuk-nepuk punggungnya hingga dia tertidur pulas.

Saat tidur tidak sekalipun terdengar suara batuknya. Rasanya tenang saat melihat Arya tidur nyenyak tanpa gangguan batuk. Sayangnya bocah 8 tahun itu tidak pernah mau tidur siang. Praktis ketenangan rumah ini hanya terjadi saat malam hari.

Iseng kemudian aku mencari info tentang batuk di kolom pencarian. Perlahan-lahan aku membaca informasi batuk pada anak. Beberapa kalimat agak membingungkan untuk aku yang awam ini. Tepat saat itu ada kalimat yang mencerahkan.

" Anak dengan batuk psikogenik ( gejala batuk menghilang saat tidur atau sedang fokus pada suatu aktivitas) dapat diberikan psikoterapi."

Wah ini kok sesuai dengan kondisi Arya sekarang. Aku mengingat kembali, Arya selalu batuk saat terjaga, saat bangun tidur, saat diminta untuk segera sholat, saat belajar, saat mengaji. Tapi hampir tidak pernah terdengar suara batuk saat dia tidur dimalam hari. Juga saat dia mainan hp, main game atau nonton YouTube channel kesukaannya.

Pantesan diberi obat apapun hingga berganti-ganti merk, tetap saja batuknya tidak sembuh. Selanjutnya aku fokus mencari informasi tentang batuk jenis ini. Batuk ini bisa terjadi pada penderita yang pernah mengalami infeksi virus atau bakteri. Wah...Arya juga pernah mengalami ini. Setelah menemukan beberapa informasi terkait batuk ini, aku meyakinkan diri kalau aku bisa mengatasi batuk Arya.

Keesokan harinya, bangun tidur, Arya langsung batuk-batuk. Aku segera membawakan segelas air hangat. Arya kemudian meminumnya.

" Anak ibu yang hebat sudah bangun. Tarik nafas, ya, Dek...keluarkan pelan-pelan. Nah, gitu, pinter...." Arya mengikuti perintahku setelah minum air hangat.

" Hari ini ijin tidak masuk sekolah lagi, gak pa-pa, Dek. Tapi besok, Adek masuk sekolah, ya? Setelah mandi dan sarapan, Adek minum obat, ya?" Arya mengangguk patuh.

Selanjutnya saat mengingatkan waktu sholat dan belajar mengaji, aku berusaha membuat Arya merasa nyaman. Kalau biasanya dengan suara nyaring dan marah-marah, sekarang dengan bahasa yang halus dan penuh senyuman. Meskipun harus menunggu dia selesai bercerita dan joget-joget berbagai gaya, atau menunggu dia bermain kartu, menata kartu untuk kemudian dibuat berantakan lagi. Aku berusaha sabar dan tetap tersenyum. Alhamdulillah... meskipun masih sesekali batuk tapi tidak separah hari kemarin. Obat batuk dan vitamin masih tetap diminum sampai batuknya benar-benar reda.

Saat tiba waktunya masuk sekolah, terbersit rasa iba karena batuknya belum benar-benar sembuh. Bagaimana kalau batuk lagi di sekolah. Tapi bertemu dengan teman-temannya bisa jadi terapi untuk Arya. Apalagi kemarin dia bilang kalau merindukan teman-temannya di sekolah.

" Dek, di tas sudah ada tisu dan balsam. Nanti kalau Adek batuk, ditutup pakai tisu, ya. Setelah batuk reda, tarik nafas, keluarkan pelan-pelan. Lalu minum air putih. Bisa, ya, Dek?"

" Iya, Bu, aku tau." Katanya sambil berpamitan lalu mencium tanganku.

Alhamdulillah... sepulang sekolah Arya berkata kalau dia senang sekali sudah masuk sekolah.

" Bu...tadi teman-temanku semua meluk aku, Lo, Bu. Katanya, Arya sakit apa? Kok lama gak masuk sekolah. Teman-teman kangen aku, Bu." Arya bercerita dengan bahagia. Aku senang mendengarnya. Dengan minum obat dan vitamin, juga usaha ibu untuk bersabar, insyaallah batuk bandel itu akan hilang, ya, Dek!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun