H. Agus Salim: Dalam kongres Jong Islamieten Bond ke-2 di Yogyakarta pada 1927, Agus Salim dengan persetujuan pengurus Jong Islamieten Bond menyatukan tempat duduk perempuan dan laki-laki. Ini berbeda dari kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan tabir; perempuan di belakang, laki-laki di depan. "Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi perempuan,". Agus Salim beserta istrinya juga yang membantu Sujatin Kartowijono ketika terbuang dari Yogyakarta untuk memulai hidup di Jakarta.
HAMKA Haji Abdul  Malik Karim Amarrullah  buku-buku karya sastranya memuat perjuangan perempuan, termasuk esai-esainya.
Mohamah Yamin, suami Sundari aktivis perempuan jaman pergerakan
Soepomo, Â menjadi narasumber diskusi perempuan mendapatkan masukan bidang hukum dalam memperjuangkan Undang-undang Perkawinan
Penutup
Bahwa apa yang tercantum dalam tulisan ini tidak membatasi banyaknya laki-laki yang mendukung pergerakan perempuan baik secara langsung maupun tak langsung.Â
Tulisan ini hanya sedikit dari penggalian dokumentasi yang dilakukan beberapa jam saja. Berharap akan jadi pemantik penelitian lebih jauh tentang  peran laki-laki dalam pergerakan perempuan, bagaimana pun realitasnya patriarki masih sangat kuat pada masa perjuangan dahulu, sehingga tetap memerlukan "justifikasi" "ijin" dari laki-laki. @umilasminah
Sumber Pustaka:
 Sujatin Kartowiyono, Mencari Makna Hidupku.Hanna Rambe, Jakarta., Sinar Harapan 1983.
Perjuangan Wanita Indonesia 10 Windu Setelah Kartini 1904-1984., Departemen Penerangan 1984
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H