Mohon tunggu...
Umi Jamilah
Umi Jamilah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Mengajar Mengantarkan Kemerdekaan dan Kebahagiaan

11 Desember 2022   05:48 Diperbarui: 11 Desember 2022   06:57 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka Belajar diterapkan menganut filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang dasar-dasar pendidikan. Sejatinya pendidikan adalah memberi tuntunan kepada anak sesuai kodratnya agar selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pedidikan hendaknya disesuaikan dengan kodrat keadaan, baik kodrat alam maupun kodrat zaman.

Guru  tidak dapat menentukan dan berkehendak hidup dan tumbuhnya murid. Murid dilahirkan sudah memiliki kodratnya masing-masing, yang dapat dilakukan guru adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki murid agar tumbuh dan berkembang sesuai potensinya.

Menuntun Murid sesuai Kodrat

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Murid-murid yang kita ajar saat ini adalah generasi masa depan yang akan mengisi pada zamannya. 

Metode yang digunakan guru hendaknya tidak hanya ceramah dengan menyampaikan tentang materi pengetahuan saja tetapi juga menyampaikan apa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dikaitkan dengan contoh kontekstual sesuai dengan kodrat alamnya. 

Guru memberikan berbagai pilihan aktivitas pembelajaran kepada murid sesuai dengan kodrat masing-masing murid. Alat evaluasi yang digunakan juga tidak hanya satu jenis tetapi lebih ke refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Murid dapat merefleksikan pembelajaran melalui sebuah gambar, video, bercerita, atau bentuk yang lain tidak terpaku pada soal-soal pengetahuan saja.

Murid diajarkan sesuai dengan zamannya. Sekarang guru bukan satu-satunya sumber belajar, Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan murid sebagai subjek pembelajaran. 

Murid dapat mencari sumber belajar sendiri yang sekarang sudah beragam jenis dan bentuknya. Misalnya melalui mesin pencari, murid dapat mencari berbagai informasi yang dibutuhkan sendiri kapan dan di mana saja. Dalam proses pembalajaran guru tidak hanya memberikan pengetahuan saja tetapi mengembangkan seluruh potensi murid agar murid menjadi manusia seutuhnya. 

Menjadi pembelajar sepanjang hayat merupakan salah satu cara agar guru dapat mengembangkan potensi murid sesuai zamannya. Guru harus terus belajar meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai fasilitator dengan demikian guru dapat menyiapkan murid-murid yang percaya diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah-masalah global.

Metode yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara salah satunya adalah  metode sistem among. Sistem Among merupakan  metode pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran. 

Dasar dari sistem among yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Kodrat aam sebagai syarat kemajuan pendidikan sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki murid, sedangkan kemerdekaan untuk menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid hingga dapat mencapai selamat dan bahagia. 

Dengan menggunakan sistem among ini guru diharapkan dapat memberikan contoh tentang baik dan buruk dengan tetap memerhatikan kemerdekaan murid agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi murid yang bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya masing-masing. Murid dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi dan kodratnya dengan tulus, kasih sayang, mendampingi, merawat, menjaga, doa, dan harapan untuknya. 

Contoh penerapan sistem among yaitu guru melibatkan murid dalam menentukan tujuan pembelajaran, mendengarkan keluh kesah murid, dan memberikan penguatan-penguatan positif kepada murid sehingga murid merasa dihargai. Selain itu, guru juga harus bisa menjadi teladan yang baik untuk murid dalam berperilaku, bertutur kata, maupun berpakaian.

Dalam proses "menuntun" atau "momong", anak diberi kebebasan namun guru juga memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. 

Seorang guru sebagai 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Murid memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan murid yang lain. Oleh sebab itu, guru memberikan tuntunan bahwa murid adalah makhluk sosial sehingga murid mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).

Lingkungan Pembelajaran

Pendidikan karakter kadang terabaikan, guru hanya fokus terhadap perkembangan kognitif murid. Padahal, pendidikan karakter sama pentingnya dengan kecerdasan kognitif murid yang dapat menjadi pegangan dalam kehidupannya di masyarakat kelak. 

Pendidikan dapat menjadi tempat untuk berlatih bagi murid untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat di wariskan agar murid mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Oleh karena itu, sekolah hendaknya menerapkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk murid atau dengan kata lain sekolah ramah anak.

Nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia adalah nilai-nilai kemanusiaan profil pelajar Pancasila. Nilai-nilai tersebut  yaitu, beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, kebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Penanaman nilai-nilai ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran maupun melalui kegiatan pembiasaan-pembiasaan.

Dalam pembelajaran guru mendorong murid untuk mengembangkan nilai kerjasama dan gotong royong dengan cara membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar. Selain itu, guru juga dapat menciptakan lingkungan belajar agar murid berani bertanya dan berpendapat ketika ia ingin mengetahui dan memaknai sesuatu dan dapat difasilitasi dengan baik. 

Melalui bertanya dan berpendapat murid dapat mengembangkan karakter berpikir kritisnya, mengembangkan kepekaannya kepada lingkungan sekitar. Dengan demikian, bukan hanya kecerdasaran kognitif saja yang murid dapatkan, melainkan juga murid dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosionalnya melalui pengalaman belajar sesuai kebutuhannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun