Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Kediri

Mahasiswa Ekonomi Syariah semester 3 IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Muslimah Inspirasi

24 November 2024   10:27 Diperbarui: 24 November 2024   10:28 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membantu Fatimah makan, Alya membaca Al-Qur'an di sampingnya. Suaranya yang merdu dan pelan membuat hati Fatimah tenang. Seperti itulah Alya, selalu membawa keberkahan di mana pun ia berada.

Namun, di balik kepribadiannya yang kuat, Alya menyimpan rahasia besar. Sepuluh tahun lalu, ia pernah mengalami masa kelam yang hampir menghancurkan hidupnya.

Masa Lalu yang Menyayat

Alya lahir di keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani, sementara ibunya menjahit untuk membantu kebutuhan rumah tangga. Sejak kecil, Alya dikenal sebagai anak yang ceria dan rajin belajar agama. Namun, kebahagiaannya terhenti ketika ibunya meninggal dunia karena sakit keras. Saat itu Alya baru berusia 15 tahun.

Ayahnya, yang tak mampu menghadapi kesedihan, berubah menjadi pemarah dan suka minum-minuman keras. Alya sering dipukul tanpa alasan, bahkan dilarang keluar rumah. Meski begitu, ia tetap sabar dan terus berdoa agar Allah memberikan jalan keluar.

Hingga suatu malam, Alya memutuskan untuk meninggalkan rumah. Ia pergi ke rumah bibinya yang tinggal di kota. Dengan modal keberanian dan doa, Alya mulai membangun hidupnya dari nol. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran kecil sambil melanjutkan pendidikan agama di madrasah setempat.

Alya percaya, jika ia tetap berpegang pada Allah, semua penderitaan akan menjadi pelajaran yang berharga. Benar saja, perlahan-lahan ia menemukan ketenangan.

Kembali ke Desa

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Alya memutuskan kembali ke desanya. Banyak yang menyambutnya dengan hangat, tetapi ada juga yang mencibir. Mereka menganggap Alya takkan mampu mengubah keadaan desa yang penuh dengan kemiskinan. Namun, Alya tidak menyerah.

Ia memulai langkahnya dengan mengajar anak-anak mengaji di surau kecil. Awalnya hanya ada lima murid, tetapi seiring waktu jumlahnya bertambah. Para orang tua mulai mempercayai Alya sebagai guru yang penuh kasih sayang.

Selain mengajar, Alya juga mengajak para perempuan di desa untuk membuat kerajinan tangan. Ia mengajari mereka membuat kain bordir, lalu menjualnya ke kota. Hasilnya digunakan untuk membantu keluarga-keluarga miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun