Mati, bila tlah tiba saatnya, tak seoranpun mampu menunda.
Semua tahu itu, tetapi tidak semua kita mempersiapkan sebelumnya.
Hanya mengingat Tuhan kala tertimpa musibah.
Berdoa dan memohon tanpa berimbang ibadah.
Begitulah aku, seperti kamu-kamu yang di sana.
Hal yang wajib seringkali sengaja alpa.
Yang tidak penting menjadi perhatian
Banyak membuang waktu hanya demi kesenangan
Hingga Tuhan seakan marah
Ditimpakannya satu musibah.
Diperlihatkannya satu cara mati yang indah
Untuk memahami apa makna ibadah dan amalan yang menjadi amal jariyah.
Satu kematian tak terduga menyadarkan semua polah tingkahku.
Betapa aku telah banyak mengecewakan orang tuaku.
Seringkali petuahnya hanya lewat di telingakuku serupa angin lalu.
 Banyak kali kutinggalkan solat lima waktu.Â
Lalu....
Ketika beliau pergi begitu saja dalam tidurnya.
Tanpa pesan walau sepatah kata.
Sesalku tak berkesudahan.
Sedihku tak tertahankan.
Hujan deras air mata tak menghidupkannya.
Sekeras kuberteriak memanggil tak akan didengarnya.
Pada akhirnya kusadari, itu semua tiara guna.
Aku harus ikhlas melepas dan senantiasa mengirim doa.
Hanya itu yang kan menerangi jalannya. Hanya itu yang dibutuhkannya.
Kan kuubah sesalku menjadi amalan seperti yang agama ajarkan.Seperti yang beliau tauladankan.
Berharap Tuhan memberi ampunan.
Melapangkan jalan ke depan
Pada hambaya yg mengakui kekhilafan.
Inikah hidayah-Nya?
Sungguh ku  bersyukur.
 Ku akan berlaku lebih baik di sisa umur.
***
Malang 06 januari 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H